Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lebih dari separuh konstituen LQ45 telah merilis laporan kinerja tahun buku 2022. Hingga tulisan ini dibuat, ada 26 emiten LQ45 yang sudah menginformasikan hasil pendapatan dan laba-rugi sepanjang tahun lalu.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai sebanyak 20 emiten atau 77% dari anggota LQ45 yang sudah merilis kinerja, mampu meraih laba bersih (bottom line) yang sesuai atau di atas ekspektasi. Realisasi setahun penuh 2022 cukup mencerminkan kinerja yang telah diraih emiten hingga periode kuartal ketiga.
"Seperti sektor keuangan dan energi yang mendominasi laporan keuangan di atas ekspektasi," kata Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (26/3).
Kinerja yang sesuai ekspektasi tidak berarti emiten meraih lonjakan laba bersih. Contohnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang sepanjang tahun lalu mencetak pendapatan Rp 147,30 triliun atau hanya naik tipis 2,86% secara tahunan (year on year/YoY).
Baca Juga: Simak Rekomendasi AKR Corporindo (AKRA) di Tengah Proyeksi Kinerja Moncer
Tapi laba bersih emiten pelat merah ini justru ambles 16,19% (YoY) menjadi Rp 20,75 triliun. Akibat terseret oleh kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp 6,74 triliun.
"Penurunan laba bersih TLKM sudah terprediksi sebelumnya, akibat unrealized loss karena investasi di GOTO. Jadi untuk kinerja (TLKM) termasuk sesuai ekspektasi," imbuh Nico.
Sebaliknya, bottom line GOTO tahun lalu dinilai tidak sesuai ekspektasi. Sebagaimana dalam keterbukaan informasi Senin (20/3) lalu, rugi bersih GOTO justru membengkak 56% menjadi Rp 40,4 triliun sepanjang tahun lalu.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat pelaku pasar sudah melakukan antisipasi berbagai sentimen dan rilis kinerja emiten LQ45, sehingga terjadi penyesuaian harga saham (priced in).
"Termasuk dalam momentum pembagian dividen final serta prospek bisnis yang dilakukan pada tahun berjalan ini," kata Praska.
Praska mencontohkan pergerakan harga TLKM yang sudah ter-priced in dengan ekspektasi perlambatan kinerja bottom line-nya. Terlihat dari harga saham TLKM yang cenderung menguat kembali ke atas level Rp 4.000 per saham setelah menyentuh level terendah pada bulan Desember 2022.
Sedangkan Nico menyoroti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang kinerja keuangannya meroket pada tahun buku 2022. Namun, saham ADRO justru anjlok sedalam 30,39% secara year to date.
Kondisi ini menunjukkan pelaku pasar tak hanya melihat fundamental dan ekspektasi pembagian dividen saja. Investor juga mempertimbangkan prospek bisnis sektoral di tahun ini. Tampak dari saham sektor energi yang melandai, sejalan dengan meredupnya fase booming komoditas.
Meski, pada umumnya rilis kinerja apik akan terlebih dulu direspons positif oleh pasar. Terlebih jika di atas ekspektasi dan terkenal sebagai pemberi dividen yang tinggi.
"Investor penyuka saham LQ45 pasti akan lebih suka dengan perbaikan kinerja fundamental secara berkelanjutan," ujar Nico.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) usai Rilis Kinerja 2022
Rekomendasi Saham
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, apabila kinerja emiten sudah terprediksi sesuai ekspektasi, biasanya pergerakan harga saham sudah menguat sebelum rilis laporan keuangan. Pada saat sudah rilis, masih dapat melaju dengan kecenderungan yang terbatas.
Namun jika kinerjanya positif di atas ekspektasi, maka penguatan harga sahamnya bisa terus berlanjut. Secara indeks, pada pekan lalu LQ45 ditutup menguat dengan peningkatan volume pembelian.
Saham-saham penggerak (movers) pasar pun didorong oleh konstituen LQ45. Herditnya menilai pelaku pasar dapat melakukan selective buy terlebih dulu untuk saham bluechips ini. Sembari melakukan antisipasi bagi emiten yang belum merilis laporan keuangan.
Secara teknikal, Herditya menjagokan saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) target harga Rp 480 - Rp 500, PT Astra International Tbk (ASII) target harga Rp 6.050 - Rp 6.200, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) target harga Rp 1.670 - Rp 1.700, dan PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan target Rp 1.435 - Rp 1.500.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, menyoroti sejumlah saham yang masih punya prospek apik pada tahun ini. Menimbang pertumbuhan kredit, sektor perbankan masih seksi dengan potensi kinerja yang stabil.
Roger merekomendasikan saham bigbanks pelat merah yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan target harga masing-masing di Rp 12.300 dan Rp 6.100.
Selanjutnya, pelaku pasar bisa memperhatikan saham barang konsumen primer di tengah penurunan harga bahan baku. Di sektor ini, Roger menjagokan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Selain itu, Roger juga menyarankan agar mencermati PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
"ITMG punya potensi dividen yang menarik. Sehingga walaupun harga batubara sudah menurun signifikan, harga ITMG masih cukup kuat dibanding saham sektor sejenis," ungkap Roger.
Nico turut menjagokan sektor perbankan dan barang konsumen primer. Saham pilihan Nico adalah BMRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), ICBP, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT).
Sementara itu, Praska melihat ada ruang pertumbuhan bagi emiten LQ45 pada 2023, meski dengan level kenaikan yang berbeda dibandingkan 2022. Oleh sebab itu, investor harus cermat memilih saham dengan kualitas fundamental yang kuat, termasuk dari sisi rasio keuangan dan valuasi sahamnya.
Ada sejumlah saham LQ45 pilihan Praska dengan valuasi yang relatif murah dan punya prospek bisnis menarik. Mereka adalah ASII, PGAS, ADRO, INDF, PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News