Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih alias laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk PT Intiland Development Tbk (DILD) di kuartal I-2020 naik 74,47% menjadi Rp 84,41 miliar dari yang sebelumnya Rp 48,39 miliar di kuartal I-2019.
Namun sebenarnya laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan tercatat mengalami penurunan 19,84% dari Rp 102,11 miliar menjadi Rp 81,85 miliar. Hasil yang lebih rendah ini terutama didorong pendapatan yang lebih rendah dan meningkatnya beban bunga karena PSAK 72, khususnya pendapatan yang lebih kecil dari proyek-proyek joint-venture (JV) high-rise.
Baca Juga: Bukan buyback, ini cara Repower Asia (REAL) menjaga harga saham dan promosi produk
Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi menjelaskan kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk terjadi karena penerapan standar akuntansi baru yaitu PSAK 72.
"Laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk didorong oleh tingginya pendapatan dari proyek yang dimiliki perusahaan bila dibandingkan periode sebelumnya karena implementasi standar akuntansi baru yang diterjemahkan ke dalam laba bersih yang lebih tinggi," jelas Theresia dalam keterbukaan informasi, Jumat (12/6).
Di kuartal I-2019 Intiland mengatribusikan laba sebesar Rp 53,71 miliar untuk kepentingan non-pengendali, sedangkan di kuartal I-2020 ini justru laba untuk non-pengendali tercatat negatif Rp 2,56 miliar.
Intiland membukukan pendapatan sebesar Rp 830,6 miliar di kuartal I-2020, turun 6,43% yoy dari Rp 887,62 miliar. Terutama karena turunnya pengakuan pendapatan dari segmen bangunan mixed-use dan high-rise serta residensial tapak (landed). "Penurunan juga dipengaruhi oleh pasar properti lunak selama kuartal pertama tahun 2020," jelasnya.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) beri sinyal ajukan revisi rencana kerja dan anggaran
Pendapatan pembangunan berkontribusi sebesar Rp 546,8 miliar, turun 25,1% yoy dari Rp 730,5 miliar. Kontribusi tertinggi berasal dari segmen mixed use & high-rise Rp 455,1 miliar atau setara 54,8% serta segmen pendapatan residensial Rp 91,7 miliar setara 11%.