Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) mencetak pertumbuhan laba bersih yang jangkung selama tahun 2010. Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, laba bersih UNPS meningkat 218% year-on-year menjadi Rp 805,63 miliar. Namun pertumbuhan penjualan bersih UNSP untuk 2010 hanya 29% per tahun menjadi Rp 3 triliun.
Direktur Utama UNSP Ambono Janurianto pernah menyatakan, penyebab laba bersih sepanjang 2010 melonjak adalah kenaikan harga minyak sawit mentah dan karet, masing-masing sekitar 65% dan 35%.
Penjualan crude palm oil (CPO) dan berbagai produk turunannya menyumbang Rp 2,42 triliun bagi seluruh pendapatan UNSP. Selain itu, UNSP membukukan penjualan tandan buah segar (TBS) senilai Rp 268,15 miliar, oleokimia Rp 21,61 miliar dan toll fee Rp 5,39 miliar. Dari penjualan karet, UNSP mengantongi Rp 989,02 miliar.
Di periode yang sama, beban pokok penjualan UNSP hanya naik 3,59% menjadi Rp 1,71 triliun. Ini yang menyebabkan laba kotor UNSP bisa melejit 92,16% hingga Rp 1,29 triliun sepanjang 2010.
Pos beban usaha UNSP meningkat 118,78% menjadi Rp 442,31 miliar. Laba usaha UNSP sepanjang 2010 senilai Rp 849,96 miliar atau naik 80,72% dari tahun sebelumnya.
Laba bersih untuk 2010 melejit lebih tinggi karena UNSP menikmati penghasilan lain-lain senilai Rp 139,18 miliar. Tahun lalu, UNSP menderita beban lain-lain Rp 102,46 miliar.
Pendapatan lain-lain tersebut berasal dari laba atas penghapusan bunga pinjaman senilai Rp 525,98 miliar. Di 2009, UNSP tidak mendapat penghasilan dari pos ini.
UNSP juga menikmati keuntungan dari selisih nilai tukar untuk 2010 sebesar Rp 207,56 miliar, atau naik 50,39% dari tahun sebelumnya. Ada pula penghasilan bunga yang besarnya Rp 61,24 miliar, meningkat hingga 20 kali lipat daripada 2009.
Hasil akuisisi
UNSP masih memiliki kewajiban sebesar US$ 12 juta kepada Spinnaker Global Emerging Markets Gund Ltd. Pinjaman dari lembaga keuangan asing itu mengalir ke anak perusahaan UNSP, yaitu PT Eramitra Agrolestari senilai US$ 9 juta serta PT Jambi Agrowijaya (US$ 3 juta). Tenor pinjaman 5 tahun dan jatuh tempo pada 2013 mendatang. Adapun bunga yang dikenakan 10,8%.
Dalam laporan keuangan hingga akhir 2010 tersebut, UNSP tidak memasukkan akuisisi yang berlangsung sepanjang Maret-Desember 2010. Dalam catatan KONTAN, UNSP mengakuisisi 11 perusahaan di bidang sawit maupun investasi. Total nilai akuisisinya Rp 1,75 triliun.
Perusahaan yang diakuisisi UNSP di antaranya adalah Agri International Resources Pte Ltd, PT Monrad Intan Barakat, PT Citalaras Cipta Indonesia, PT Julang Oca Permana. UNSP juga mengambil alih enam perusahaan yang berinduk ke PT Domba Mas Group. UNSP sebenarnya berpotensi menanggung beban operasional lebih tinggi karena lima perusahaan yang diambil alih itu belum beroperasi.
Analis AM Capital Janson Nasrial menilai, seharusnya UNSP memasukkan transaksi itu ke dalam neraca keuangannya. "Jika dimasukkan, laba bersih UNSP bisa lebih rendah dari yang dicatatkan," ujar dia.
Dia juga menduga, kenaikan laba bersih UNSP hanya sekali terjadi dan tidak bersifat berkelanjutan. Alasan Janson, penyebab pertumbuhan penjualan semata-mata kenaikan harga di pasar dunia Itu sebabnya, Janson tidak merekomendasikan pembelian saham UNSP. Bahkan, "Yang terlanjur pegang, lebih baik menjual," kata dia. Ia menaksir harga UNSP bisa jatuh ke Rp 450 per saham.
Harga UNSP, Jumat (18/3), naik 2,94% menjadi Rp 350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News