Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Esa Perkasa Tbk membukukan kinerja ciamik sepanjang tiga bulan pertama 2021. Emiten dengan sandi saham ESSA ini mencatatkan laba bersih senilai US$ 6,40 juta, atau melonjak hingga 520% dari realisasi laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,03 juta.
Kenaikan bottomline ini sejalan dengan kenaikan pendapatan ESSA. Emiten produsen amoniak ini berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 68,5 juta pada kuartal I-2021, meningkat sebesar 8,86% dibandingkan pada kuartal I tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 62,9 juta.
Secara rinci, penjualan ammonia meningkat 11,8% menjadi US$ 58,71 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 52,54. Hal ini turut berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan ESSA yang sebagian besar kontribusi penjualannya berasal dari segmen amonia sebesar 86% yang diikuti oleh segmen liquefied petroleum gas (LPG) sebesar 14%. Adapun pendapatan dari segmen LPG sebesar US$ 8,95 juta.
Baca Juga: Tahun ini, Jasa Marga (JSMR) alokasikan capex Rp 7,75 triliun
Dari sisi operasional, ESSA berhasil mengurangi sejumlah beban-bebannya pada kuartal pertama 2021. Beban penjualan misalnya menurun sebesar 18% menjadi US$ 94.089 dan beban administrasi dan umum menurun 17% menjadi US$ 3,45 juta. Beban pokok pendapatan juga menurun dari US$ 50,10 juta menjadi US$ 48,26 juta.
Presiden Direktur ESSA, Vinod Laroya, menyatakan peningkatan pendapatan serta laba bersih ESSA seiring dengan adanya pemulihan kembali harga Amonia secara tajam sejak Januari 2021. Kenaikan harga Amonia tersebut didorong oleh hambatan pasokan serta karena sektornya memasuki masa awal pemulihan permintaan.
“Ke depan, ESSA akan terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan di pasar global,” terang Vinod, Jumat (23/4).
Tahun ini, Vinod optimistis kinerja ESSA akan membaik. Kata dia, saat ini kedua pabrik yang dioperasikan oleh ESSA, yaitu pabrik LPG di Palembang dan pabrik Amonia di Sulawesi Tengah telah mampu beroperasi secara maksimal.
Baca Juga: Cetak kinerja positif, laba Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) 59,15% pada kuartal I
“Dengan berakhirnya masa kritis pandemi dan perencanaan manajemen yang baik di sekitar epidemi, kami yakin bahwa catatan produksi yang solid perusahaan akan berada di jalur yang benar pada tahun 2021,”kata Vinod kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Harga amonia tahun lalu turun ke level terendah dalam 11 tahun terakhir karena kekhawatiran Covid-19. Vinod cukup optimis akan ada peningkatan kinerja tahun ini mengingat kenaikan harga LPG dan Amonia selama ini dan diperkirakan harga akan rata-rata lebih tinggi sebesar 15%-20%.
Tahun ini, ESSA fokus untuk kembali meningkatkan produksi untuk amoniak dan LPG sejalan dengan mulai pulihnya permintaan dan juga terkait dengan rencana proyek amonia biru (blue ammonia).
Meski tidak menyebut angka pasti, untuk sementara ini ESSA akan lebih banyak menyediakan anggaran untuk biaya operasional (opex), bukan untuk belanja modal (capex).
Baru-baru ini, ESSA bekerjasama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang pengumpulan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (carbon capture, utilization & storage /CCUS) untuk produksi amonia biru di Indonesia di Pabrik amoniak di Banggai, Sulawesi Tengah.
Selanjutnya: Golden Energy Mines (GEMS) membatalkan rencana right issue
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News