Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
“Kami melihat beberapa negara mulai mengamankan suplai batubara mereka lebih dahulu sehingga harga naik cukup tinggi, terlepas juga karena dari faktor produksi di Asia Pasifik seperti Indonesia dan Australia yang sedang rendah akibat musim hujan,” terang Timothy saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (1/3).
Timothy melihat harga batubara ICE Newcastle tahun ini secara rata - rata dapat lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Namun, Timothy mengimbau selalu waspada akan adanya intervensi pasar dari pemasok batubara besar seperti China yang dapat membuat harga batubara melemah, mengingat banyak pembangkit listrik yang menderita kerugian karena membeli batubara di atas harga US$ 150 per ton.
Dampak berhentinya operasional Kitadin Embalut
Baca Juga: Indo Tambangraya (ITMG) Kantongi Laba Tebal US$ 475,57 Juta Sepanjang 2021
ITMG mengumumkan bahwa Kitadin site Embalut, yang berlokasi di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur, mengakhiri kegiatan operasi dan produksi tambang batu baranya sejak 25 Februari 2022.
Timothy menyebut, Kitadin Embalut pada tahun 2021 menyumbang produksi sebesar 1,4 juta ton batubara atau 7,7% dari total produksi ITMG. Kemudian, Kitadin Embalut akan menyumbang sebesar 0,2 juta ton batubara sebelum akhirnya berhenti beroperasi di kuartal kedua 2022.
Dia mengatakan, kehilangan produksi ini akan segera digantikan oleh tambang Graha Panca Karsa (GPK). GPK diperkirakan akan menyumbang 0,2 juta sampai 1 juta ton produksi batubara tahun ini, sehingga ITMG memproyeksikan produksi batubara 17,5 juta - 18,8 juta ton untuk 2022.
Aldiracita Sekuritas merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 31.700. Selasa (1/3), saham ITMG naik 3,66% ke level Rp 27.650 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News