Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) mampu mendongkrak laba meski mengalami penurunan pendapatan sepanjang tahun 2024. ESSA meraih laba bersih senilai US$ 45,18 juta pada tahun lalu.
Keuntungan emiten yang juga dimiliki oleh Garibaldi Thohir ini meningkat 30,54% secara tahunan (year on year/yoy).
Sebagai perbandingan, ESSA membukukan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 34,61 juta pada tahun 2023.
Pertumbuhan laba bersih ini terjadi ketika pendapatan ESSA merosot 12,62% (yoy) dari US$ 344,96 juta menjadi US$ 301,40 juta pada tahun 2024. Kenaikan laba ESSA tak lepas dari beban pokok pendapatan yang terpangkas 20,02% (yoy) menjadi US$ 193,36 juta.
Baca Juga: Sepanjang 2024, ESSA Industries (ESSA) Catatkan Laba Bersih Capai US$ 45,18 Juta
Hasil itu mendongkrak laba kotor ESSA dengan kenaikan 4,72% (yoy) menjadi US$ 108,04 juta pada 2024.
Pada periode yang sama, EBITDA dari emiten yang bergerak di sektor energi dan kimia melalui kilang Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan pabrik amoniak ini tumbuh sekitar 4% menjadi US$ 129 juta.
Corporate Secretary ESSA Shinta D. U. Siringoringo mengungkapkan kenaikan EBITDA sejalan dengan biaya operasional yang lebih rendah. Sedangkan penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh harga amoniak yang tertekan sekitar 15%, dengan harga rata-rata sebesar US$ 350 per metrik ton (MT).
"Harga amoniak sebagian besar tercatat tetap stabil sepanjang tahun 2024, dengan peningkatan bertahap dalam dua kuartal terakhir. Ke depan, harga amoniak diperkirakan akan tetap bergerak dalam kisaran yang sama seperti pada 2024," kata Shinta dalam keterbukaan informasi pada akhir pekan lalu.
Setelah menyelesaikan maintenance selama hampir dua minggu pada kuartal kedua 2024, imbuh Shinta, Pabrik Amoniak kini beroperasi dengan tingkat keandalan dan efisiensi yang optimal. Sementara itu, harga LPG juga diprediksi tetap stabil, didukung oleh perpanjangan kebijakan pemangkasan produksi minyak secara sukarela oleh OPEC+.
Dari sisi ekspansi, ESSA melalui anak perusahaannya, PT ESSA SAF Makmur (ESM) akan membangun fasilitas manufaktur greenfield berteknologi tinggi di Jawa Tengah. Fasilitas ini disiapkan untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) hingga sekitar 200.000 MT per tahun.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham ESSA Industries (ESSA) di Tengah Kenaikan Harga Amonia
Operasional secara komersial proyek ini ditargetkan mulai pada kuartal pertama 2028. "Kami memprioritaskan pertumbuhan untuk memaksimalkan nilai bagi seluruh pemegang saham dengan memanfaatkan peluang yang selaras dengan kekuatan utama kami," tandas Shinta.
Rekomendasi Saham
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengamati pertumbuhan laba bersih ESSA di tengah penurunan pendapatan mencerminkan efisiensi operasional dan margin yang lebih baik. Miftahul menilai prospek kinerja ESSA pada tahun ini masih akan tergantung pada stabilitas harga amoniak dan LPG, di tengah volatilitas pasar energi global.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menimpali, bisnis di sektor petrokimia amoniak seperti ESSA seringkali mendatangkan volatilitas dari sisi top line. Hal ini akan menjadi tantangan bagi ESSA untuk menjaga pertumbuhan atau stabilitas pendapatan, sekaligus dari sisi efisiensi.
"Efisiensi yang dilakukan ESSA cukup positif, apalagi kalau tren efisiensi berlanjut. Target perusahaan juga terus menjaga net profit margin yang relatif tinggi," kata Wafi kepada Kontan.co.id, Senin (24/2).
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menambahkan, pergerakan harga amoniak memiliki korelasi positif terhadap pergerakan harga gas alam. Apabila kondisi global lebih tenang dan pasokan gas alam tidak terganggu, maka harga amoniak kemungkinan tidak akan bergerak signifikan.
"Saham seperti ESSA lebih cenderung cyclical sehingga opportunity untuk membeli sahamnya akan lebih menarik apabila terjadi koreksi pada harga komoditas terkait. Saat ini ada baiknya menunggu untuk momentum tersebut," ungkap Fath.
Baca Juga: Laba Bersih ESSA Industries Melonjak 243% Menjadi US$ 33,56 Juta Per September 2024
Dari sisi pergerakan saham, harga ESSA sempat melonjak di bulan Januari 2025. Namun, harga saham ESSA berbalik menukik. ESSA menutup perdagangan Senin (24/2) dengan penurunan 3,85% ke level Rp 750 per saham. Harga ESSA sudah turun 7,41% secara year to date.
Wafi mengamati level harga ESSA saat ini memiliki potential downside yang sudah relatif terbatas, dan secara valuasi sudah cenderung murah. Sementara itu, Miftahul menyarankan untuk akumulasi secara bertahap saham ESSA, terutama jika disertai sentimen positif dari sisi ekspansi maupun pemulihan harga komoditas.
Miftahul mempertimbangkan target harga untuk ESSA di level Rp 880. Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan wait and see terlebih dulu saham ESSA.
Saran Herditya, cermati support di Rp 740 dan resistance pada Rp 790. Sedangkan Fath memperhatikan support Rp 720 - Rp 750 dan resistance di Rp 805. Jika level support tertembus, maka ESSA melanjutkan downtrend.
Selanjutnya: New Indonesia Sovereign Wealth Fund to Invest $20 Billion in Projects, President Says
Menarik Dibaca: Konsumsi 3 Rempah Ini Untuk Redakan Sakit Perut hingga Mual
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News