Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan laba sebesar Rp 2,46 triliun pada bulan Februari 2020 (bank only). Capaian tersebut tumbuh 7,4% secara bulanan (Month to Month/MoM) dan meningkat 17,9% secara Year on Year (YoY).
Sementara kredit Bank Mandiri pada Februari tumbuh 10,7% YoY menjadi Rp 766,76 triliun, namun secara bulanan hanya meningkat 0,4%.
Baca Juga: Kredit Perbankan per Februari 2020 Tumbuh Melambat
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank pelat merah ini tumbuh 8,1% YoY menjadi Rp 796,6 triliun atau naik 0,5% secara MoM. Dengan begitu rasio loan to deposit rasio (LDR) tetap di level 96,3%.
Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun mengatakan pertumbuhan laba Bank Mandiri pada Februari masih cukup baik dengan pertumbuhan yang solid karena dampak dari virus corona (Covid-19) belum tercermin.
Menurutnya, pertumbuhan laba berkat pendapatan non bunga yang solid dengan pertumbuhan 59,1% YoY atau naik 40% MoM serta efek dasar yang rendah.
Meskipun Bank Indonesia (BI) baru menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) tahun ini, namun Mirae Asset Sekuritas melihat bahwa penurunan margin bunga bersih (NIM) Bank Mandiri sudah hampir 20 bps sepanjang tahun ini (Ytd).
Baca Juga: Rupiah hari melemah ke Rp 16.336 per dolar AS di kurs Jisdor
"Ke depan, kita akan melihat penurunan berkelanjutan di NIM karena penurunan suku bunga kebijakan pada awal 2020 dan potensi penurunan suku bunga sepanjang 2020," kata Lee Young Jun dalam risetnya, Senin (30/3).
Mirae Asset Sekuritas memperkirakan suku bunga kredit Bank Mandiri akan mengalami penurunan tajam pada akhir 2020.
Sebab menurut Lee Young Jun, persaingan akan semakin sengit pada paruh kedua tahun ini di tengah hasil obligasi korporasi yang lebih rendah serta permintaan pinjaman yang kian lemah.
Sementara untuk bunga deposito BMRI, sekuritas ini memprediksi akan ada penurunan karena permintaan pinjaman tidak cukup kuat sehingga tidak ada alasan bagi bank tersebut untuk mempertahankan suku bunga deposito tinggi. Adapun biaya kredit bank ini membaik setelah implementasi PSAK71 karena sebagian besar ketentuan dibuat pada Januari 2020.
Baca Juga: Awas, Debitur Nakal Bisa Mengemplang Kredit di Tengah Relaksasi Pembayaran Cicilan
Angka-angka yang dicapai Bank Mandiri pada Februari tidak jauh berbeda dari tahun lalu karena dampak COVID-19 belum tercermin.
Lee Young Jun mengatakan, perseroan belum ada rencana untuk merevisi target tahun ini tetapi sedang mempersiapkan skenario untuk mengukur dampak Covid-19. Meskipun skenario itu belum diselesaikan, BMRI memperkirakan dampak virus corona itu akan besar besar pada segmen wholesale.
Penurunan kualitas kredit kemungkinan akan terjadi di sektor maskapai penerbangan, hotel, restoran, CPO, batubara, mesin, dan alat berat, dengan jumlah sekitar Rp 27 triliun.
Selain itu, BMRI memperkirakan akan sekitar Rp 16 triliun-Rp 17 triliun akan di-downgrade jika Covid-19 diperpanjang hingga akhir 2020. "UKM berpotensi terkena dampak tetapi dalam skala yang lebih kecil daripada wholesale, sementara sektor mikro dan konsumer lebih aman dalam periode singkat karena kebanyakan dari mereka adalah penghasil tetap," lanjut Lee Young Jun.
Baca Juga: Ekonom: Indonesia butuh stimulus Rp 1.000 triliun untuk tahan dampak corona
Dengan kondisi tersebut, Mirae Asset Sekuritas meningkatkan rekomendasi saham BMRI dari hold ke buy dengan target harga Rp 6.560. Target harga tersebut mencerminkan P/B 1,5 kali lipat dari perkiraan BPS forward 12 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News