Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Sebab menurut Lee Young Jun, persaingan akan semakin sengit pada paruh kedua tahun ini di tengah hasil obligasi korporasi yang lebih rendah serta permintaan pinjaman yang kian lemah.
Sementara untuk bunga deposito BMRI, sekuritas ini memprediksi akan ada penurunan karena permintaan pinjaman tidak cukup kuat sehingga tidak ada alasan bagi bank tersebut untuk mempertahankan suku bunga deposito tinggi. Adapun biaya kredit bank ini membaik setelah implementasi PSAK71 karena sebagian besar ketentuan dibuat pada Januari 2020.
Baca Juga: Awas, Debitur Nakal Bisa Mengemplang Kredit di Tengah Relaksasi Pembayaran Cicilan
Angka-angka yang dicapai Bank Mandiri pada Februari tidak jauh berbeda dari tahun lalu karena dampak COVID-19 belum tercermin.
Lee Young Jun mengatakan, perseroan belum ada rencana untuk merevisi target tahun ini tetapi sedang mempersiapkan skenario untuk mengukur dampak Covid-19. Meskipun skenario itu belum diselesaikan, BMRI memperkirakan dampak virus corona itu akan besar besar pada segmen wholesale.
Penurunan kualitas kredit kemungkinan akan terjadi di sektor maskapai penerbangan, hotel, restoran, CPO, batubara, mesin, dan alat berat, dengan jumlah sekitar Rp 27 triliun.
Selain itu, BMRI memperkirakan akan sekitar Rp 16 triliun-Rp 17 triliun akan di-downgrade jika Covid-19 diperpanjang hingga akhir 2020. "UKM berpotensi terkena dampak tetapi dalam skala yang lebih kecil daripada wholesale, sementara sektor mikro dan konsumer lebih aman dalam periode singkat karena kebanyakan dari mereka adalah penghasil tetap," lanjut Lee Young Jun.
Baca Juga: Ekonom: Indonesia butuh stimulus Rp 1.000 triliun untuk tahan dampak corona
Dengan kondisi tersebut, Mirae Asset Sekuritas meningkatkan rekomendasi saham BMRI dari hold ke buy dengan target harga Rp 6.560. Target harga tersebut mencerminkan P/B 1,5 kali lipat dari perkiraan BPS forward 12 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News