kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurs rupiah mendekati level terburuk sepanjang masa


Senin, 23 Maret 2020 / 19:29 WIB
Kurs rupiah mendekati level terburuk sepanjang masa
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang rupiah di money changer Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Senin (23/3) rupiah di pasar spot ditutup turun ke level Rp 16.575 per dolar AS.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah mengawali pekan ini dengan lesu. Merujuk Bloomberg, Senin (23/3) rupiah di pasar spot ditutup turun ke level Rp 16.575 per dolar Amerika Serikat (AS). Artinya rupiah terkoreksi 3,85% dibandingkan penutupan Jumat (20/3) yang berada di level Rp 15.960 per dolar AS.

Penutupan hari ini membuat rupiah di ambang batas melewati rekor terburuknya sepanjang masa. Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah paling lemah adalah Rp 16.650 per dolar AS yang tercapai pada 17 Juni 1998 ketika krisis moneter. Sebuah level yang sudah tidak pernah didekati dalam kurun waktu kurang lebih 22 tahun.

Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga tidak berdaya dengan ditutup turun ke level Rp 16.608 per dolar AS. Dengan demikian, mata uang Garuda di kurs Jisdor telah turun 3,29% dibanding Jumat pekan lalu.

Baca Juga: Harga emas Antam berpotensi menyentuh Rp 900.000

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyebut, penyebaran virus corona di Indonesia masih menjadi sentimen utama di balik pelemahan rupiah. Selain karena virus corona, terkoreksinya rupiah juga tidak terlepas dari pengaruh dolar AS.

“Meski Jumat kemarin Senat AS belum meloloskan UU pendanaan darurat, dolar AS masih tetap saja menguat. Ini tak terlepas dari kondisi pasar yang terus mencari mata uang paling likuid, yakni dolar AS sehingga membuat rupiah kian tertekan,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Senin (23/3).

Baca Juga: Mentok auto reject atas, ini rekomendasi saham Indofarma (INAF) & Kimia Farma (KAEF)

Senada dengan Faisyal, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut orang-orang saat ini lebih percaya diri pegang uang tunai. Reny berkaca dari indeks dolar yang kembali naik lagi ke 103. Ditambah lagi permintaan terhadap dolar AS tengah meningkat karena dibutuhkan untuk bayar utang berdenominasi dolar AS. Terlebih saat ini sudah memasuki akhir kuartal I-2020.

“Dari dalam negeri, investor juga lari dari pasar domestik seiring pasar saham kembali turun, terjadi keluarnya dana asing di pasar utang dan membuat yield sudah di atas 8%,” ujar Reny.

Beberapa perusahaan yang sudah meliburkan pekerjanya pun dinilai Reny pada akhirnya turut memperlambat aktivitas ekonomi. Dengan tertekannya aktivitas ekonomi saat ini, ditambah virus corona dan permintaan dolar AS, tak mengherankan rupiah terus berada dalam tren negatif.

Baca Juga: Harga SUN jeblok, investor perlu memperhatikan hal berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×