kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurs Rupiah Masih di Sekitar Area Rp 15.000, Begini Strategi PEHA, KLBF, dan KAEF


Senin, 11 Juli 2022 / 07:25 WIB
Kurs Rupiah Masih di Sekitar Area Rp 15.000, Begini Strategi PEHA, KLBF, dan KAEF


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahan baku yang masih dominan dipasok secara impor membuat sektor farmasi menjadi salah satu yang paling rentan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Adapun kurs rupiah sempat menembus level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu.

Kurs rupiah masih bertahan di sekitar area Rp 15.000, meski di pasar spot rupiah menguat 0,15% ke Rp 14.979 per dolar AS pada Jumat (8/7). Sejumlah emiten farmasi pun telah pasang strategi mengantisipasi pelemahan rupiah.

Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk (PEHA) Zahmilia Akbar mengaku bahwa sejauh ini merosotnya kurs rupiah belum terlalu berdampak pada biaya operasional PEHA. Tetapi bila berkepanjangan, imbas dari tren merosotnya nilai tukar rupiah bakal terasa.

"Dari kami berharap nilai tukar rupiah akan kembali stabil. Kami yakin akan segera stabil," kata Zahmilia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (8/7).

Baca Juga: Pasar Saham Volatile, Investor Bisa Terapkan Strategi Value Investing, Apa Itu?

Zahmilia mengamini, kebutuhan bahan baku impor untuk industri farmasi masih cukup tinggi. Kebanyakan berasal dari negara di Eropa, China, serta India. Guna mengurangi ketergantungan impor bahan baku, PEHA sejak beberapa tahun lalu memaksimalkan penggunaan bahan baku dalam negeri.

"Untuk bahan baku aktif farmasi kami juga telah menginisiasi dan dalam tahapan trial saat ini sebelum komersialisasi," imbuh Zahmilia.

PEHA melakukan perencanaan dan realisasi pembelian bahan baku untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan. Upaya lain yang dilakukan seperti long term agreement dengan vendor di luar negeri sehingga dampak kurs dapat diantisipasi.

Baca Juga: Emiten Farmasi Terancam Fluktuasi Kurs Rupiah, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kemudian, PEHA mulai menggunakan mata uang lokal selain dolar AS dalam pembelian bahan yang masih impor agar nilainya lebih stabil. Berbagai strategi tersebut menjadi fokus dari bagian supply chain PEHA untuk mencegah dampak berlebihan pada bisnis.

"Karena kami wajib menjaga ketersediaan obat bagi masyarakat di Indonesia bagaimanapun konsekuensi kondisinya," kata Zahmilia.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengungkapkan bahwa ketersediaan bahan baku obat dan susu serta durasi pengiriman logistik yang bertambah panjang menjadi tantangan industri saat ini. Di tengah situasi makro dan mikro yang menyimpan banyak tantangan, KLBF memakai kombinasi empat pilar bisnis.

Empat pilar tersebut memiliki kombinasi segmentasi produk di masing-masing pilar. Meliputi obat resep, obat bebas atau consumer health, nutrisi, serta distribusi & logistik.

Baca Juga: Simak Proyeksi dan Pergerakan Rupiah Perdagangan Senin (11/7)

KLBF juga memiliki kebijakan untuk menyediakan cadangan devisa internal sekitar US$ 50 juta-US$ 60 juta untuk pendanaan bahan baku. Adapun sumber impor bahan baku berasal dari beberapa negara seperti China, India, Jepang, Australia, dan berbagai negara di Eropa.

Vidjongtius menambahkan, sejak akhir tahun lalu KLBF juga sudah menaikkan jumlah persediaan untuk mengamankan suplai, sehingga obat kesehatan selalu tersedia di pasar.

"Dengan adanya persediaan yang bertambah sejak akhir tahun lalu maka dalam jangka pendek masih bisa ditahan tapi kalau berlarut lama maka biaya produksi bisa meningkat," sebut Vidjongtius.

Baca Juga: IHSG Diprediksi Melanjutkan Penguatan pada Senin (11/7)

GM Corporate Secretary PT Kimia Farma Tbk (KAEF), Ganti Winarno Putro, menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan mitigasi terhadap potensi kenaikan harga bahan baku. Terutama melakukan kerja sama dengan supplier dalam tempo beberapa bulan ke depan.

Langkah ini penting untuk menjaga ketersediaan dan agar tidak terjadi lonjakan harga bahan baku. "Perseroan juga telah melakukan analisa dan perencanaan kebutuhan bahan baku untuk menjaga keberlangsungan produksi sehingga tetap berjalan dengan baik sesuai jadwal," ujar Ganti.

Selain itu, KAEF juga memiliki anak perusahaan yaitu Kimia Farma Sungwun Pharmacopia yang sudah memproduksi beberapa item bahan baku obat produksi dalam negeri bersertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yang diharapkan dapat membantu mengurangi importasi bahan baku.

Baca Juga: Emiten Konsumer Diramal Dapat Angin Segar dari Penurunan Harga Gandum dan CPO

Sejauh ini, KAEF pun masih bisa menjaga harga produknya. "Hingga saat ini, kami belum ada kebijakan untuk menaikkan harga produk milik Kimia Farma," tandas Ganti.

Dari sisi pergerakan saham, merujuk kepada RTI Business, saham PEHA ditutup naik 0,53% ke harga Rp 945 pada perdagangan Jumat (8/7). Namun secara year to date (ytd) maupun sebulan terakhir, saham PEHA masih memerah sebanyak 14,48% dan 5,97%.

Sementara itu, saham KLBF merosot 0,60% pada Jumat (8/7). Secara ytd, KLBF masih ada di area hijau, 3,41%. Dalam sebulan terakhir, harga saham KLBF juga masih menguat 2,77%.

Sedangkan saham KAEF menanjak 2,36% pada Jumat (8/7). Secara ytd dan sebulan terakhir, saham KAEF masing-masing memerah 46,50% dan 10,03%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×