kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar Saham Volatile, Investor Bisa Terapkan Strategi Value Investing, Apa Itu?


Jumat, 08 Juli 2022 / 13:43 WIB
Pasar Saham Volatile, Investor Bisa Terapkan Strategi Value Investing, Apa Itu?
ILUSTRASI. Analis menilai, terdapat strategi yang bisa diterapkan dalam menghadapi ketidakpastian pasar yang volatile saat ini, yakni value investing.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham tanah air masih cenderung volatile. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin menipis. Mengutip RTI, secara ytd kini IHSG hanya menguat tipis 1,08% hingga Kamis (7/7).

Bahkan, dalam sebulan perdagangan, IHSG terkoreksi hingga 5,57%. Analis menilai, terdapat strategi yang bisa diterapkan dalam menghadapi ketidakpastian saat ini, yakni value investing. Asal tahu, value investing merupakan konsep mencari perusahaan yang berfundamental baik, namun memiliki harga pasar yang masih murah (undervalued).

Head of Investment Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe memandang, strategi value investing bisa diterapkan kala IHSG cenderung terkoreksi saat ini. Selagi indeks terkoreksi, investor bisa membeli untuk mendapat saham-saham yang murah.

Saham-saham yang memiliki valuasi murah dan cocok untuk dilakukan value investing antara lain saham perbankan. Yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki harga wajar Rp 5.500, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan harga wajar Rp 8.600, PT Bank mandiri  Tbk (BMRI) dengan harga wajar Rp 8.200, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan harga wajar Rp 8.600.

Saham-saham bank besar ini pun memiliki katalis positif, seperti dorongan sentimen perbaikan ekonomi dan pertumbuhan kredit.

Baca Juga: Risiko Masih Cukup Tinggi, Simak Rekomendasi Saham PTPP

Selain itu, Kiswoyo juga menjagokan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan harga wajar Rp 5.000, dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan harga wajar Rp 7.500.

“Keenam saham itu merupakan penggerak IHSG. Saya meyakini IHSG bisa ke level 7.500. Dan keenam saham itu pasti naik,” terang Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Kamis (7/7).

Menurut Kiswoyo, investor bisa membeli keenam saham tersebut mulai saat ini.

Senada, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, saham-saham big caps selalu menarik ketika terjadi koreksi. Spesifik untuk tahun ini, lanjut Wawan, sektor keuangan, komoditas, consumer good dan telekomunikasi dinilai punya prospek menarik. Saham BBCA, BBRI, TLKM, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),  dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bisa dicermati.

Di sisi lain, Indeks IDX Value 30 juga dapat menjadi acuan. Asal tahu, indeks ini berisikan 30 saham dengan valuasi murah namun memiliki fundamental baik.

Akan tetapi, investor diimbau untuk tetap memperhatikan 3 hal. Pertama, fundamental perusahaan yang bisa dilihat dari laporan keuangan dan tren pertumbuhannya. Kedua, prospek bisnis, yaitu analisis tentang keberlangsungan usaha dan hal-hal yang mempengaruhi aktivitas emiten.

“Serta likuiditas, dimana saham-saham yang jarang diperdagangkan risiko volatilitasnya lebih besar,” kata Wawan, Kamis (7/7)

Saham-saham berbasis komoditas, khususnya batubara juga memiliki valuasi yang murah namun dengan prospek yang menjanjikan. Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai, valuasi saham tambang seperti PTBA, ADRO, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih atraktif. Valuasi yang murah ini dibarengi sikap optimitiss Panin Sekuritas untuk saham-saham batubara saat ini.

“Dan masing-masing emiten batubara yang masuk coverage kami mempunyai potensi upside yang oke,” terang Felix, Kamis (7/7).

Prospek ini seiring dengan ekspektasi pemulihan produksi yang sempat terganggu cuaca di awal tahun ini dan harga batubara yang masih solid.

Panin Sekuritas sendiri memasang rating overweight untuk sektor batubara. Hal ini didorong oleh ekspektasi positif terhadap kenaikan proyeksi harga batubara menjadi US$ 250 per ton di akhir tahun 2022 yang disebabkan oleh tiga faktor.

Pertama, potensi peningkatan harga batubara berdasarkan krisis pasokan gas Rusia ke Eropa. Kedua, peningkatan permintaan di India seiring dengan stok nasional yang menurun dan masuknya musim panas. Ketiga, musim dingin yang akan tiba, dimana negara yang terletak di bagian utara cenderung akan menyimpan cadangan batubara lebih banyak.

Di sektor batubara, Felix menjadikan saham ADRO sebagai pilihan utama atau top picks dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 3.400. Prospek ini didukung oleh solidnya harga batubara yang bertranslasi pada kelanjutan peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Prospek ADRO juga ditopang oleh potensi pengembangan usaha di bidang renewables, serta posisi neraca yang sehat.

Selain ADRO, Panin Sekuritas juga merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.600. Salah satu sentimen bagi saham PTBA adalah ruang penjualan ekspor batubara yang masih terbuka.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Farmasi Saat Rupiah Terkapar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×