Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada dollar Amerika Serikat (AS) dan kondisi ekonomi Indonesia yang ciamik membuat rupiah perkasa di awal tahun ini.
Di pasar spot, kurs rupiah berhasil naik 1,84% secara year to date (ytd). Kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) tak beda jauh, naik 1,81% menjadi sebesar Rp 13.303 per dollar AS sejak awal tahun.
Keunggulan atas the greenback juga dirasakan mata uang lainnya di Asia Tenggara. Ringgit Malaysia dan bath Thailand menguat cukup tajam, masing-masing 4,34% dan 3,78%.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, kondisi fundamental domestik jadi pemicu utama pergerakan rupiah. Sentimen positif datang dari inflasi yang masih terkendali, suku bunga acuan masih kompetitif, cadangan devisa kembali rekor, kenaikan peringkat utang dari lembaga rating internasional hingga proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 yang dianggap realistis.
Rupiah juga diuntungkan oleh keraguan pasar terhadap AS, yang membuat investor asal China dan Jepang keluar dari Negeri Paman Sam. Padahal kedua negara itu adalah pemegang obligasi berdenominasi dollar AS terbesar.
Kementerian Keuangan AS merilis, kepemilikan China di obligasi AS pada November 2017 turun menjadi US$ 1,17 triliun. Kepemilikan Jepang malah mencapai level terendah sejak 2013, yakni sebesar US$ 1,08 triliun. Indeks dollar AS melemah, sedangkan euro dan poundsterling menguat. Akhirnya investor lari ke Eropa dan emerging market, terang Reny.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, hingga Jumat lalu, indeks dollar berada di level 89,07 yang jadi posisi terendahnya dalam tiga tahun terakhir. "Komentar Menkeu AS Steven Mnuchin membuat investor global mengurangi dollar AS," ujar dia.
Minim tekanan
Josua yakin, hingga semester satu, rupiah masih akan cenderung menguat. Aliran dana asing yang masuk ke pasar saham dan pasar obligasi masih deras. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, besaran inflow sejak awal tahun hingga 26 Januari 2018 sudah mencapai Rp 46 triliun.
Padahal di periode yang sama tahun lalu hanya Rp 17 triliun. Di semester satu tekanan ke rupiah lebih kecil, tandas dia. Josua pesimistis The Federal Reserve bakal merealisasikan kenaikan suku bunga pada Maret mendatang. Apalagi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2017 hanya 2,6%.
Melihat sentimen tersebut, Josua memprediksi rupiah di akhir kuartal I-2018 ada di level Rp 13.275–Rp 13.400 per dollar AS. Sedangkan Reny menganalisa kurs rupiah di akhir Maret nanti bergerak di rentang Rp 13.250–Rp 13.550 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News