Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diperkirakan masih melanjutkan tren pelemahan pada pekan depan. Mata uang Garuda diperkirakan tertekan di tengah potensi kembali terkoreksinya bursa saham global.
Analis Global Kapital Investama Berjangka, Nizar Hilmy mengatakan, bursa saham global masih berpeluang turun pada pekan depan, lantaran valuasi harga saham-saham di pasar tersebut sudah terlalu tinggi.
Di samping itu, para pelaku pasar juga tengah mewaspadai potensi kenaikan suku bunga acuan AS sebagai akibat membaiknya data-data ekonomi di negeri Paman Sam dalam sepekan terakhir. “Jadi, para pelaku pasar dilanda panic selling,” ujar Nizar.
Meski potensi pelemahan nilai tukar rupiah cukup terbuka di pekan depan, Nizar optimistis, pelemahan tersebut masih bersifat wajar dan sementara. “Cepat atau lambat rupiah akan kembali menguat,” katanya.
Optimisme tersebut tak lepas dari kondisi ekonomi Indonesia yang masih tergolong stabil. Kenaikan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2017 dan nilai cadangan devisa bulan Januari, jadi katalis positif yang bisa menolong rupiah dari ancaman koreksi lebih dalam.
Sentimen positif lainnya datang dari kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Japan Credit Ratings Agency pada Kamis (8/2).
Oleh karena itu, Nizar menilai, depresiasi rupiah tidak akan separah mata uang negara-negara emerging market lainnya. Ia memprediksi, rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.600-Rp 13.700 per dollar AS sepanjang pekan depan.
Adapun, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 1,3% selama sepekan terakhir di level Rp 13.628 per dollar AS hingga Jumat (9/2). Pada saat yang bersamaan, kurs tengah rupiah Bank Indonesia ikut melemah 1,6% ke level Rp 13.643 per dollar AS.
Bila dibandingkan sehari sebelumnya, Jumat (9/2), rupiah spot melemah 0,17%. Sementara, kurs rupiah di BI terdepresiasi 0,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News