Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs euro menguat terhadap dollar AS hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (28/12). Mengutip Bloomberg, pasangan EUR/USD ditutup menguat 0,10% di level 1,1441.
Puja Purbaya Sakti D, analis PT Rifan Financindo Berjangka mengatakan, penguatan euro terhadap dollar AS dipengaruhi ketidakpastian politik di Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global.
Pasangan EUR/USD juga mendapat kekuatan dari menguatnya perdagangan aset berisiko di tengah bangkitnya tensi geopolitik. "Pekan ini pasar keuangan global mengalami banyak goncangan merespon permasalahan geopolitik, pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan juga ketegangan perdagangan AS dan China," kata Puja, Minggu (30/12).
Mengenai perkembangan anggaran Italia ini juga menjadi trigger bagi euro untuk bisa terus melanjutkan penguatannya terhadap dollar AS.
Selain itu dollar AS makin terpuruk di hadapan euro karena rilis data Indeks PMI Chicago yang menjadi barometer bisnis AS, turun ke level 65.4 di bulan Desember 2018 dari level tinggi 11 bulan yang tercapai di bulan November 2018.
Data ekonomi lainnya yang juga dirilis AS adalah Pending Home Sales. Dalam basis bulanan (MoM), jumlah kontrak untuk membeli rumah yang sudah dibangun di AS naik ke -0.7 di bulan November 2018 dari sebelumnya di -0.26.
Angka tersebut sesuai dengan ekspektasi. Namun, dalam basis tahunan (yoy), Pending Home Sales AS malah turun ke -7.7%, dari sebelumnya di -6.7%. Level Pending Home Sales tahunan tersebut adalah yang terendah sejak awal tahun 2018.
Hingga akhir perdagangan Jumat (28/12), euro masih terus menguat terhadap dollar AS sebagi rival utamanya karena para investor mencari aset safe-haven di tengah perkembangan tensi perdagangan AS-China. Selain itu, dalam beberapa waktu terakhir, data ekonomi kedua negara tersebut juga dilaporkan lebih rendah daripada ekspektasi. Fenomena tersebut membuat kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global, kian meningkat.
Sejak awal perdagangan Jumat (28/12), dollar AS sudah melemah akibat aksi penghindaran risiko atas isu perang dagang AS-China dan potensi perlambatan kenaikan suku bunga The Fed tahun depan.
Senin waktu AS (31/12), pada pukul 22.30 WIB akan dirilis indikator ekonomi US Dallas Fed Manufacturing Index DEC yang diprediksi akan menurun dari 17,6 menjadi 16,9 (forecast). Turunnya jumlah total dari Indeks manufaktur Fed Dallas berdasarkan survei prospek manufaktur Texas setiap bulan untuk mendapatkan penilaian tepat waktu mengenai aktivitas pabrik di negara bagian tersebut akan berdampak unfavorable bagi dollar AS sehingga akan memberikan sentiment positif bagi euro untuk bisa kembali melanjutkan gain.
Secara analisa teknikal grafik daily, indikator Moving Average Exponential (EMA) melebar dengan arah kurs naik, kemudian pada Vortex Indicator (VI) dengan kondisi blue over red yang melebar dimana arah kurs berpotensi untuk melanjutkan gain. Selanjutnya pada indikator True Strengh Indicator (TSI) berada diarea +3 yang menunjukkan kurs naik.
Secara umum EUR/USD masih berpotensi melanjutkan gain pada perdagangan selanjutnya. Rekomendasi trading untuk pasangan EUR/USD adalah buy selama harga di atas 1.1452 dengan level resistance antara 1.1469, 1.1497, 1.1546 dan support antara 1.1420, 1.1399, 1.1350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News