kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kupon mengecil, investor kurang minati ORI016


Senin, 28 Oktober 2019 / 22:26 WIB
Kupon mengecil, investor kurang minati ORI016
ILUSTRASI. Direktur Surat Utang Negara, Kemenkeu RI Loto S Ginting (tengah) disaksikan Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu RI Luky Alfirman (kanan) secara simbolis meluncurkan meluncurkan penjualan ORI seri ORI 016 di Jakarta, Rabu (2/10). Target penju


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

Namun, Wawan dan Desmon mengatakan hasil penjualan ORI019 yang nyaris capai target menandakan tujuan utama pemerintah untuk memperdalam basis investor ritel di pasar surat utang cukup berhasil.

Tujuan pendalaman literasi tersebut terbukti berhasil. Tercatat, penjualan ORI yang pertama kali dilakukan secara online dengan sistem e-SBN ini berhasil menarik minat investor baru yang porsinya 72,8% dari total jumlah investor sebesar 18.336 investor. Sementara, porsi investor milenial yang membeli ORI016 mencapai 33,82%. Persentase tersebut meningkat signifikan dibandingkan proporsi investor milenial yang membeli ORI015 yang sebesar 13,93%.

Reynold Wijaya Co-Founder & CEO Modalku yang baru pertama kali mendistribusikan ORI menambahkan, fokus utamanya bukan pada target penjualan melainkan memaksimalkan kontribusi untuk membantu negara dalam mendukung pendalaman pasar.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap racikan Danareksa ungguli benchmark

"Antusiasme masyarakat pada ORI016 cukup baik, tetapi tantangan utama dalam penjualan ORI adalah edukasi yang lebih intensif mengenai manfaat ORI serta aktivasi masyarakat beli ORI dari platform fintech," kata Reynold.

Desmon memproyeksikan ke depan pemerintah tidak bisa memberikan kupon tinggi di tengah tren penurunan suku bunga acuan yang masih terjadi hingga tahun depan.

"Jika pemerintah berikan kupon tinggi bisa merusak pasar keuangan dan kebijakan yang dilakukan bank sentral jadi harus menyesuaikan dengan penurunan suku bunga yang terajadi," kata Desmon. Selain itu, Faktor likuiditas perbankan juga jadi salah satu pertimbangan pemerintah tidak memberikan kupon terlalu tinggi.

Wawan memproyeksikan di tengah tren penurunan suku bunga, kupon surat utang ritel selanjutnya bisa lebih rendah ke 6,5%. Namun, berbeda bila fokus pemerintah adalah mencapai target penjualan, kupon selanjutnya bisa tetap di 6,8% atau lebih tinggi sedikit.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas: ORI016 dapat dijual kembali dengan harga pasti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×