Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Tidak jauh berbeda Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menjelaskan, suntikan dana tersebut bisa berdampak positif tergantung pada bentuk bantuannya nanti.
Menurut Janson, opsi yang paling memungkinkan bagi kondisi GIAA saat ini adalah rights issue atau adanya penyertaan modal dari pemerintah. Melalui rights issue, tidak akan terjadi penambahan utang sehingga tidak memberatkan keuangan GIAA.
Opsi surat utang tidak memungkinkan sebab kondisi neraca GIAA sudah tidak baik. "Tingkat utangnya sudah sangat tinggi, debt to EBITDA lebih dari 4 kali," jelas Janson kepada Kontan.co.id, Rabu (13/5).
Baca Juga: Pemerintah siapkan stimulus perusahaan pelat merah, BUMN mana saja yang dapat?
Asal tahu saja, sampai saat ini maskapai penerbangan plat merah itu masih dililit utang. GIAA memiliki utang obligasi dari penerbitan Trust Certificates yang tidak dijamin sebesar US$ 500 juta. Utang itu jatuh tempo pada bulan 3 Juni 2020.
Oleh karenanya, terhadap harga saham GIAA Janson memprediksi suntikan dana dari pemerintah hanya memberikan sentimen positif sementara. "Sebenarnya risk appetite investor saat ini masih sangat rendah, terlihat dari asing yang masih capital outflow," imbuh Janson.
Dia pun sejak awal tidak menjagokan saham-saham di sektor penerbangan, termasuk saham GIAA. Sebab industri ini dinilaiĀ tidak efisien, terlalu padat modal dan memiliki margin yang tipis.
Baca Juga: Wamen BUMN Kartika: Garuda (GIAA) usulkan perpanjangan tenor sukuk global pada 18 Mei
Sementara itu, Teguh juga melihat saham GIAA belum menarik saat ini. Sebab, GIAA memerlukan refinancing untuk melunasi utang. Sementara di tengah pandemi Covid-19 yang menekan kondisi ekonomi, refinancing utang bukanlah hal yang mudah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News