Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) hingga September 2013 tengah menggarap proyek dengan kontrak senilai Rp 9,2 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 6,4 triliun diperoleh dari kontrak baru yang diperoleh di tahun ini. Sedangkan Rp 2,8 triliun merupakan kontrak limpahan (carry over) dari tahun sebelumnya.
Sebagai catatan, bulan Maret 2013 lalu, manajemen WSKT pernah menargetkan total kontrak di tahun ini mencapai Rp 22 triliun. Jumlah itu terbagi atas kontrak baru Rp 14 triliun dan carry over sebanyak Rp 8 triliun.
Namun, jika menilik perolehan kontrak baru sepanjang sembilan bulan pertama 2013 yang masih Rp 6,4 triliun, rasanya cukup berat mengejar target nilai kontrak tahun ini. "Kontrak kami, sebagian besar menggarap proyek pemerintah," ungkap Direktur Keuangan WSKT, Tunggul Rajagukguk kepada KONTAN, Jumat (11/10).
Tunggul menjelaskan, tahun ini pihaknya menangani 17 proyek. Dari pemerintah, WSKT mendapat proyek, dan tujuh proyek yang lain dari swasta. Proyek pemerintah yang telah diperoleh, antara lain pengembangan pabrik PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) IIB Sumatra Selatan, senilai Rp 157 miliar. Selain itu, proyek jembatan Padamaran II di Riau yang memiliki nilai proyek Rp 135 miliar.
Proyek lain yang sudah digenggam WSKT adalah pembangunan gedung Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang bernilai Rp 130 miliar, serta proyek gedung Pelindo II Tanjung Priok dan proyek Gedung LKPP, dengan nilai masing-masing sekitar Rp 120 miliar.
Setelah itu, masih ada proyek Costal Area Karimun, di Kepulauan Riau, RSUD Tangerang Banten, peningkatan jalan Gunung Seriang-Long Baluah di Kalimantan Timur, dengan nilai tiap proyeknya Rp 110 miliar.
WSKT juga menggarap pembangunan fishing port Belawan di wilayah Sumatra Utara dengan nilai proyek sebesar Rp 144 miliar. Dana pembangunan fishing port tersebut berasal dari pinjaman Islamic Development Bank (IDB).
Adapun proyek WSKT dari pihak swasta, antara lain, proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Amurang di Sulawesi Utara. Nilai proyek pembangunan PLTU tersebut tercatat sebesar Rp 552 miliar.
Selanjutnya, proyek Amend Basko Green City Mall di Pekanbaru senilai Rp 267 miliar, proyek graving dock Noahtu Lampung sebesar Rp 244 miliar, jembatan Kapuknaga Indah Rp 240, serta proyek Gianetti yang nilainya sebesar Rp 213 miliar.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menilai, penurunan nilai kontrak memang dirasakan emiten yang bergerak di sektor konstruksi, termasuk WSKT. Catatan David, WSKT tahun ini menargetkan kontrak baru Rp 17,9 triliun. "Tapi ini sesuatu yang wajar. Saya rasa semua emiten konstruksi mengalami penurunan," sebutnya.
Akhir pekan lalu, harga saham WSKT berakhir di posisi Rp 580 per saham, atau naik 1,75% dari hari sebelumnya. David merekomendasikan hold saham WSKT dengan target harga Rp 600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News