Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Menjelang kuartal-II, penerbitan reksadana anyar masih tetap marak. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), misalnya, bakal meluncurkan reksadana saham syariah anyar.
Muhammad Hanif, Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi, mengatakan reksadana yang akan diluncurkan pada kuartal kedua tersebut ditargetkan bisa meraup dana nasabah sekitar 1 triliun.
Ia beralasan, permintaan reksadana syariah masih tinggi dan return yang absolut. Aset dasar (underlying asset) reksadana ini adalah saham-saham yang terdaftar dalam daftar efek syariah (DES). Produk ini menempatkan dana di saham-saham likuid dengan rata-rata transaksi Rp 10 miliar per hari dalam satu tahun terakhir.
Beberapa sektor yang dibidik adalah properti consumer goods, semen, alat berat dan infrastruktur. "Produk ini diperkirakan bisa memberikan return 15-16% per tahun," kata Hanif, kemarin (26/3).
PT Kresna Asset Management juga tidak mau ketinggalan. Pada kuartal-II nanti, perusahaan ini akan meluncurkan dua produk yakni reksadana indeks syariah dan reksadana terproteksi.
Strategi jemput bola
Presiden Direktur Kresna Asset Managemet, Andreas Tanadjaya, mengatakan, reksadana indeks syariah akan memiliki aset dasar saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII). Instrumen ini diperkirakan bisa memberikan return sekitar 15% per tahun.
Untuk memasarkan reksadana indeks syariah, Kresna berencana menjalin kerjasama dengan sejumlah organisasi Islam. Selain itu, Kresna juga akan masuk langsung melalui asosiasi Majelis Ta'lim di Indonesia. "Marketing kami akan terjung langsung menjemput bola ke daerah-daerah," papar Andreas.
Adapun untuk reksadana terproteksi anyarnya, Kresna akan memilih aset dasar obligasi pemerintah dan korporasi. Instrumen anyar ini akan diluncurkan dengan tenor tiga tahun. Kedua produk itu ditargetkan bisa meraup dana sekiter Rp 500 miliar untuk satu tahun pertama.
First State Investment Indonesia (FSI) bulan lalu pun baru saja meluncurkan reksadana campuran bertajuk First State Indonesian USD Balanced Plus Fund. Presiden Direktur PT First State Investment Indonesia, Hario Soeprobo, mengatakan, reksadana ini diharapkan dapat mencatatkan imbal hasil sebesar 6% hingga akhir tahun.
Saat ini, dana kelolaan USD Balanced Plus Fund sudah mencapai US$ 24 juta. Hario berharap, dana kelolaan ini bisa digenjot hingga US$ 50 juta hingga akhir tahun.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, Balanced Plus Fund mencetak return 2,16% month on month (mom). Ini masih lebih rendah dari kinerja rata-rata reksadana campuran yang sebesar 4,84% untuk periode yang sama.
Selain reksadana campuran, FSI juga berniat meluncurkan reksadana saham baru. “Kemungkinan reksadana saham baru diluncurkan pada kuartal III,” ujar Hario. Hingga akhir tahun, FIS menargetkan pertumbuh dana kelolaan sebesar 15% menjadi Rp 5,75 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News