Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Seluruh bank milik pemerintah telah mengeluarkan laporan keuangan akhir tahun 2012. Rata-rata kinerja bank pelat merah ini cukup positif dengan pertumbuhan laba bersih rata-rata 20%.
Rasio kredit bermasalah milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BBNI) cenderung turun dibanding tahun 2011. Tak ayal, pergerakan saham bank pun terus melejit, bahkan selalu menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Beberapa saham bank BUMN bahkan telah mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, para analis menilai, harga saham bank BUMN saat ini masih layak koleksi. Ini karena, kredit perbankan bisa tumbuh 22%-24% di tahun ini.
Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian menilai, target tersebut mungkin tercapai. Apalagi, angka ini tidak jauh dari rata-rata capaian penyaluran kredit 2012 sebesar 24%. Syaiful menambahkan, jika pertumbuhan kredit tidak meleset, kenaikan laba bersih bank BUMN tahun ini bisa kembali di atas 20%.
Analis Samuel Securities, Joseph Pangaribuan menilai, prospek bisnis bank pemerintah tidak akan terganggu krisis ekonomi global. Selama tetap berorientasi pada pasar dalam negeri, bisnis bank akan tetap lancar.
Kepala Riset Indo Premier Securities Agus Pramono dalam risetnya 18 Februari 2013 menuturkan, kredit bank pelat merah yang di bidang komoditas sangat kecil. Agus menulis, kredit di industri batubara dan perkebunan hanya 10% dari total portofolio kredit BUMN.
Joseph sepakat, kredit perbankan akan tumbuh 22%. Penyerapan kredit utamanya berasal dari kredit korporasi. Sebab, proyek pemerintah seperti Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) butuh dana besar.
Agus pun yakin, pertumbuhan kredit di tahun ini bisa 21,5%. Dia menilai, kompetisi kredit korporasi yang meningkat akan menjadi penghambat bank BUMN.
Tren kredit bank-bank pelat merah pun diestimasi Agus akan turun di 2014 menjadi 19,6%. Perkiraan Agus, pertumbuhan kredit akan menguat pada sektor kredit investasi dan modal kerja.
Kredit konsumsi
Akan tetapi, menurut Joseph, kredit konsumsi yang punya suku bunga dasar kredit tinggi akan melambat. "Aturan loan to value (LTV) untuk kredit konsumsi KPR dan non KPR akan berkurang," tutur dia, Jumat (8/3).
Menariknya, bank BUMN menurut Joseph, melakukan diversifikasi. BMRI, misalnya, mengincar kredit pensiunan dengan menggandeng PT Pos Indonesia dan PT Taspen.
Tapi, menurut Agus, perbaikan standar upah justru akan memicu kredit konsumsi di tahun ini. Dia menilai, kondisi tahun ini berbeda dari 2012. Tahun lalu, kredit konsumsi menurun dari 14,2% di 2011 menjadi 13,6%.
Menurut Syaiful, ketatnya likuditas pun tidak akan mempengaruhi bisnis bank BUMN. Sebab, tingkat keamanan bank milik pemerintah sudah pasti bagus sehingga masyarakat akan tetap memilih bank BUMN untuk menyimpan dana. "Persaingan akan terjadi pada bank skala kecil," ujar Syaiful.
Joseph menilai, bank BUMN tidak akan kesulitan mendapatkan dana pihak ketiga. Dia bilang, suku bunga deposito masih lebih menarik ketimbang bunga obligasi. Karena itu, masyarakat akan tetap menyimpan uang di bank.
Proyeksi Joseph, pertumbuhan dana pihak ketiga tahun ini sekitar 15%-20%. Agus pun memperkirakan, pertumbuhan laba perbankan pada tahun 2013 akan cenderung mendatar. Kenaikan laba bersih akan ada di level 17% seiring proyeksi atas net interest margin (NIM) yang kemungkinan akan menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News