Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - CILEGON. Harga baja yang terus naik membuat PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membukukan kenaikan pendapatan 7,76% menjadi US$ 1,449 miliar pada 2017. Dengan kenaikan tersebut, laba operasi meningkat tajam 1.055% dari tahun 2016 menjadi US$ 50,74 juta.
Selain itu, kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi secara signifikan melonjak 203,74% secara tahunan menjadi US$ 204,16 juta pada 2017 seiring dengan kenaikan pendapatan bersih.
Salah satu faktor yang mendukung peningkatan pendapatan ini adalah naiknya harga jual rata-rata produk baja di tahun 2017. Harga jual rata-rata produk baja hot rolled coil (HCR) naik 32,68% dari US$ 450 per ton di 2016 menjadi US$ 597 per ton di 2017.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyatakan kinerja Perseroan di tahun 2017 menunjukan perbaikan yang signifikan. Menurutnya salah satu cara untuk terus kompetitif dan bisa meraih profit di tahun ini, Krakatau Steel tetap berinvestasi dan meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM).
“Proyek first blow in tanur metalurgi (blast furnace) kami juga harapkan semester I-2018 berjalan sehingga perusahaan makin efisien,” ujar Mas Wig dalam paparan kepada media di Cilegon, Selasa (20/3).
Untuk perkembangan proyek strategis, saat ini progres fisik pembangunan Pabrik Baja Canai Panas #2 (Hot Strip Mill/HSM #2) telah mencapai 58,39% per 28 Februari 2018. HSM #2 ini akan menambah kapasitas produksi HRC Perseroan sebesar 1,5 juta ton per tahun dan akan mulai beroperasi pada triwulan IV-2019.
Direktur Keuangan Krakatau Steel Tambok P. Setyawati S. menambahkan, EBITDA Perseroan di tahun 2017 meningkat signifikan sebesar 50,30% menjadi US$ 155,18 juta sebagai akibat dari menurunnya kerugian sebelum pajak yaitu menjadi US$ 41,12 juta. “Kinerja anak usaha dan perusahaan afiliasi kami positif tahun lalu. Sehingga kerugian kami berkurang. Kami harap tahun ini tetap pertahankan momentum positif,” kata Tambok, Selasa (20/3).
Tahun ini emiten berkode saham KRAS menargetkan pendapatan bisa naik 20%. Sedangkan volume produksi juga naik 20% dari 1,9 juta ton di 2017.
Sedangkan tahun ini perseroan juga menargetkan bisa meraup laba di tahun ini. Catatan saja perseroan pada 2016 membukukan rugi bersih sebesar US$ 171,7 juta. Kemudian membaik 52,39% pada 2017 menjadi US$ 81,7 juta.
Pasar Baja
Direktur Pemasaran Perseroan Purwono Widodo bilang, ada banyak tantangan yang mungkin dihadapi Krakatau Steel pada tahun ini, salah satunya mewaspadai dampak dari pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh Amerika Serikat.
Dengan pengenaan bea masuk tersebut ada kemungkinan China akan semakin gencar melempar produk bajanya ke negara Asia, termasuk Indonesia. “Jika pengalihan ekspor itu terjadi, baja paduan China yang bebas bea masuk anti dumping akan membanjiri Indonesia. Ini dapat mengakibatkan perdagangan yang tidak adil,” ujar Purwono.
Krakatau Steel berharap pemerintah bisa mengambil tindakan dan melindungi baja lokal dari perdagangan tidak adil itu. Salah satu bentuk perlindungan itu dengan menegakkan aturan-aturan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri (P3DN) dan prasyarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Mengutip dari World Steel Diynamics Fast Track Analysis (3 Januari 2018), disebutkan bahwa industri baja berada di tengah ledakan keuntungan yang luar biasa, meluas, dan berkelanjutan. Ini adalah Golden Profit Age. Dalam jangka pendek harga produk baja Hot Rolled akan mencapai US$ 700-US$ 750 per ton pada akhir kuartal I-2018. “Dengan adanya peluang tersebut, kami optimistis bisa meningkatkan volume penjualan dan akan semakin memperbaiki kinerja Perseroan di Semester II tahun 2018 ini,” tutup Purwono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News