Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi menjadi penopang solidnya kinerja keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Analis memproyeksikan pertumbuhan pasar kepemilikan rumah pertama yang menajdi fokus BBTN akan kembali menyokong kinerja.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan hingga kuartal III 2018, BBTN berhasil meningkatkan laba bersih 11,51% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,24 triliun. Sedangkan, realisasi kredit mencapai Rp 220 triliun atau naik 19,28% yoy.
Nurulita Harwaningrum, analis MNC Sekuritas mengatakan, penopang kinerja BBTN adalah penyaluran KPR subsidi yang naik 30,11% menjadi Rp 88,92 triliun di kuartal III 2018. Sementara, penyaluran KPR nonsubsidi juga mencatatkan kenaikan tetapi tidak lebih besar dari KPR subsidi, yaitu tumbuh 13,22% menjadi Rp 74,69 triliun.
Segmen kredit BBTN terdiri dari 91% KPR dan 9% kredit di luar perumahan. Nurul menjelaskan, sebesar 50% penyaluran kredit mengalir ke KPR subsidi. "Sudah pasti karena masih ada program pemerintah, makanya KPR subsidi menjadi pendorong kinerja BBTN bertumbuh, " kata Nurulita kepada Kontan.co.id, Rabu (28/11).
BTN mengakui, program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari pemerintah memang memberikan angin segar terhadap laju pertumbuhan kredit BBTN untuk bergeak naik. "Program pemerintah tersebut memang sesuai dengan segmen pasar utama BBTN, yaitu pemilik rumah pertama, kini antusias segmen tersebut memang sedang betumbuh," kata Nurulita.
Di tengah kenaikan suku bunga acuan, BBTN mampu menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi 2,65% pada kuartal III 2018 dari 3,07% pada periode sama tahun lalu.
Kenaikan suku bunga acuan cepat atau lambat akan terefleksi pada suku bunga bank dan bisa menjadi faktor yang menahan pertumbuhan kinerja. Namun, Nurulita mengatakan, BBTN akan menerapkan strategi penyesuaian kenaikan suku bunga secara bertahap kepada nasabahnya. Harapannya, strategi tersebut bisa membuat nasabah BTN lebih bisa menghadapi kredit.
Nurulita memandang, BBTN masih memiliki ruang lebih untuk mengembangkan permintaan rumah untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang didukung dengan program subsidi pemerintah serta pertumbuhan ekonomi.
Nurulita merekomendasikan buy saham BBTN di target harga Rp 3.000 per saham. Alasannya, permintaan rumah kelas menengah bisa menopang kinerja BBTN dan harga saham BBTN telah diperdagangkan di bawah rata-rata tiga tahun jadi sangat menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News