kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Korporasi menunda penerbitan obligasi


Jumat, 06 September 2013 / 07:12 WIB
ILUSTRASI. Berikut jenis lantai kayu parket yang banyak digunakan di hunian.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pasar obligasi yang tertekan membuat sejumlah korporasi berpikir kembali untuk menerbitkan surat utang. Maklum, kondisi perekonomian yang lebih berisiko mengakibatkan investor meminta yield lebih tinggi. Tentu, ini akan makin membebani korporasi karena harus membayar bunga surat utang yang lebih tinggi.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, penerbitan surat utang yang ditunda itu berasal dari empat perusahaan dengan total emisi sebesar Rp 1,65 triliun. Perusahaan tersebut diantaranya dari sektor perbankan dengan nilai emisi Rp 300 miliar, konstruksi senilai Rp 800 miliar, perkebunan sebesar Rp 200 miliar dan sektor lain-lain sebesar Rp 350 miliar.

Direktur Hukum dan Kepatuhan Pefindo, Yohanes Arts Abimanyu mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut diperkirakan akan menunda penerbitan obligasi hingga tahun depan. Dengan memperhatikan kondisi ekonomi seperti sekarang, Pefindo pesimistis, target penerbitan obligasi korporasi yang diperkirakan sekitar Rp 70 triliun-Rp 80 triliun sepanjang tahun ini akan tercapai.

Direktur Pemeringkatan Pefindo Vonny Widjaja, memperkirakan, pasokan obligasi korporasi baru di sisa tahun ini hanya akan bertambah sekitar Rp 11,1 triliun. Adapun, hingga Agustus 2013, total penerbitan obligasi korporasi baru mencapai Rp 45,97 triliun. Dengan demikian, penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun diperkirakan hanya sekitar Rp 57,07 triliun.

Penundaan penerbitan surat utang terjadi lantaran perusahaan menanti kondisi ekonomi yang lebih stabil. Saat ini, kondisi makro ekonomi kurang kondusif karena depresiasi rupiah, kenaikan BI rate, tingkat inflasi tinggi dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Laju inflasi yang tinggi mengakibatkan Bank Indonesia (BI) menaikkan BI rate 125 basis poin dalam tiga bulan terakhir menjadi 7%. Tingginya BI rate mengakibatkan kupon penerbitan obligasi korporasi ikut naik. Akibatnya, perusahaan menjadi terbebani karena biaya dana atau cost of fund untuk membayar kupon kepada investor.

Di sisi lain, permintaan dari investor obligasi turun akibat adanya pergeseran portfolio investasi investor institusi dari pasar modal ke deposito. "Investor pembeli obligasi bersikap hati-hati dan berpikir lebih baik menempatkan dana di deposito untuk memperkecil risiko," kata Vonny.

Kendati ekonomi turun, namun menurut Vonny, masih ada perusahaan yang berniat menerbitkan obligasi korporasi. Biasanya, perusahaan tersebut membutuhkan pendanaan untuk refinancing atau membayar utang yang telah jatuh tempo tahun ini. "Selain itu, perusahaan tetap menerbitkan obligasi apabila perhitungan biaya penerbitan masih masuk dengan perhitungan hasil ekspansi. Karena itu, penerbitan obligasi akan tergantung pada ekspektasi masing-masing emiten," ujar Vonny.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×