Reporter: Revi Yohana Simanjuntak |
JAKARTA. Gejolak di pasar global meredupkan pamor valuta berimbal hasil tinggi, seperti dollar Australia. Valuta Negeri Kanguru, Jumat (25/11) lalu, melemah 0,69% terhadap dollar AS menjadi US$ 0,9668 per Aussie. Koreksi tersebut mendekati nilai terendah pasangan AUD/USD tahun ini di posisi 0,9527.
Krisis utang Eropa masih menjadi pemicu utama pelemahan Aussie. Laju dollar Australia cenderung seirama dengan valuta euro. "Para pelaku pasar ragu atas kemampuan Eropa memecahkan masalahnya," ujar Thomas Averill, analis Rochford Capital kepada Bloomberg, akhir pekan lalu.
Krisis utang di Zona Eropa belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Lembaga Pemeringkat internasional, Fitch Ratings, baru saja memangkas peringkat utang Portugal ke bawah investment grade.
Kini, giliran Moody\'s Investors Service menggunting peringkat utang Hungaria menjadi Ba1 dengan prospek negatif. Pemangkasan peringkat tersebut membawa surat utang Hungaria masuk ke kelas junk bond.
Fadil, analis Mahadana Asta Berjangka, mengungkapkan, ekonomi Australia tidak terlalu bermasalah. Akan tetapi, dia melihat tekanan dari luar membuat dollar Australia terus bergerak melemah hingga akhir tahun ini.
"Formasi teknikalnya, dollar Australia ini tidak jauh berbeda dengan euro dan poundsterling. Euro dan poundsterling sedang menguji titik support mereka. Dollar Aussie tampaknya akan segera mengikuti," ujar Fadil, pekan lalu. Dia memperkirakan pasangan AUD/USD hingga akhir tahun nanti akan menyentuh level 0,9385.
Peluang jangka panjang
Analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian, menyoroti pelemahan dollar Australia sebagai mata uang yang identik dengan pergerakan harga komoditas. Data manufaktur terbaru China memperlihatkan tren penurunan. Bagi Aussie itu kabar buruk karena China merupakan pembeli komoditas terbesar dari Australia.
HSBC pada Rabu lalu merilis data manufaktur China di bulan November hanya sebesar 48,0, atau menurun dari level 51 di bulan Oktober. Ini merupakan data manufaktur China terendah sejak Maret 2009. Sebagian besar Produk Domestik Bruto (PDB) Australia ditopang produksi pertambangan yang permintaan terbesarnya datang dari China. "Apabila industri manufaktur China melambat, berarti permintaan komoditas berkurang. Otomatis mengurangi capital inflow ke Australia dan melemahkan mata uangnya," jelas Albertus.
Dia memperkirakan mata uang Aussie akan sedikit rebound di akhir November ini menuju 0,7700 dan kembali melemah ke posisi 0,9560 di akhir Desember nanti. Bahkan, hingga Januari tahun depan, AUD/USD berpotensi merosot ke rentang 0,9150-0,9300. Tapi Albertus melihat secara keseluruhan ekonomi Australia masih lebih baik dari Eropa. Australia juga menawarkan suku bunga lebih menarik, yakni 4,5%.
Fadil menyarankan para investor menjauhi valuta berbasis komoditas jika hanya ingin berinvestasi dalam jangka satu hingga dua bulan mendatang. "Kalau jangka panjang, minimal sampai pertengahan tahun depan, Aussie masih punya peluang," kata dia. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News