kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Koreksi harga CPO menjepit kinerja emiten sawit


Rabu, 01 Agustus 2012 / 08:14 WIB
Koreksi harga CPO menjepit kinerja emiten sawit
ILUSTRASI. PP Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran mengenai pelaksanaansalat Iduladha dan kurban.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Emiten produsen minyak sawit mentah mengalami tekanan hebat. Di semester I-2012, kinerja keuangan mayoritas emiten sawit lebih buruk daripada periode sama tahun lalu.

PT Sampoerna Agro Tbk, misalnya, hanya mencetak penjualan bersih Rp 1,39 triliun, menyusut 18,76% dibandingkan semester I-2011 senilai Rp 1,71 triliun. Penurunan penjualan berefek negatif ke laba bersih perusahaan. Di akhir Juni 2012, laba bersih Sampoerna Agro menurun 57,92% year-on-year (yoy) menjadi Rp 149,88 miliar.

Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor Sampoerna Agro menjelaskan, penurunan kinerja keuangan tak terlepas dari mandeknya volume dan harga rata-rata penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Di paruh pertama 2012, Sampoerna hanya memproduksi 134.999 ton CPO, turun 24,3% dari periode sama tahun lalu.

Siklus produksi Sampoerna sedang mengalami pergeseran akibat faktor cuaca. "Jika tahun sebelumnya, produksi semester I lebih tinggi dari semester II. Tapi tahun ini siklusnya berbalik yaitu produksi di semester I justru rendah," ujar Michael kepada KONTAN, Selasa (31/7).
Faktor itu diperparah anjloknya harga jual rata-rata CPO.

Di akhir Juni 2012, Sampoerna hanya bisa menjual rata-rata CPO seharga Rp 7.911 per kg. Di semester I-2011, harganya masih Rp 8.236 per kg.
Tekanan hebat juga dirasakan PT BW Plantation Tbk (BWPT). Di akhir Juni 2012, BWPT sebenarnya meraih kenaikan pendapatan 9,09% menjadi Rp 520,3 miliar. Tapi perseroan hanya mampu meraih laba bersih Rp 153,85 miliar, turun 9,79% daripada akhir Juni 2011.

Produksi CPO BWPT sebenarnya naik 1,6% yoy menjadi 60.641 ton. Volume penjualan CPO bahkan tumbuh 18,5% yoy menjadi 62.084 ton. Tapi harga rata-rata CPO BWPT turun 1,7% yoy menjadi Rp 7,64 juta per ton di akhir semester I-2012. Sementara volume penjualan palm kernel turun 1% menjadi 9.747 ton. Bahkan, harga jual rata-rata palm kernel BWPT di akhir Juni 2012 anjlok 43% menjadi Rp 3,67 juta per ton. "Ini memang susah diprediksi karena harga jual merupakan hasil mekanisme pasar," ungkap Kelik Irwantono, Sekretaris Perusahaan BWPT.

Sebelumnya, kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk juga tertekan. Di semester I-2012, laba bersih Astra Agro turun 24,51% menjadi Rp 958,61 miliar. Penurunan laba bersih cukup disayangkan mengingat pendapatan Astra Agro masih tumbuh 6,61% yoy menjadi Rp 5,65 triliun.

Kinerja semester I yang berdarah-darah membuat emiten sawit berhati-hati di paruh kedua nanti. Sampoerna Agro dan BWPT berniat lebih fokus menggarap produksi ketimbang menerka harga jual rata-rata. Sampoerna menargetkan produksi CPO tahun ini 362.250-379.500 ton, tumbuh 5%-10% dari realisasi 2011.

BWPT juga menerapkan hal serupa, fokus mengejar target produksi 122.745-128.082 ton, naik 15%-20% dari realisasi 2011. "Kami fokus ke produksi saja, karena kinerja keuangan itu sangat tergantung harga jual yang sulit diprediksi," jelas Kelik.

Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha, menyatakan, hantaman yang dirasakan emiten sawit sesuai dengan perkiraan. Sejak awal tahun, permintaan CPO global tidak bergairah akibat krisis Eropa. Padahal, Eropa salah satu kawasan dengan permintaan CPO tertinggi.

Hal itu diperparah penurunan permintaan dari negara lain terutama China dan India. Dua negara yang juga tercatat sebagai penyerap utama CPO global membatasi permintaannya karena ekonomi melambat.

Kondisi tersebut tentu menekan kinerja saham emiten CPO. Harga saham emiten CPO memang sudah fluktuatif sejak awal tahun. Tapi bukan berarti investor tak bisa masuk.

Gabriella masih merekomendasikan beli saham BWPT dengan target Rp 1.910 per unit. Soalnya, tren pertumbuhan produksi BWPT masih bagus. Perolehan margin keuntungan BWPT pun lebih baik ketimbang emiten CPO lainnya. Untuk AALI, Gabriella merekomendasikan hold dengan target Rp 20.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×