kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Koreksi harga CPO diramal berlanjut


Jumat, 10 November 2017 / 18:57 WIB
Koreksi harga CPO diramal berlanjut


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diperkirakan bakal berlanjut awal pekan depan. Sejumlah sentimen negatif mewarnai pasar CPO.

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/11), harga CPO untuk pengiriman Januari 2018 di Malaysia Derivative Exchange ditutup turun 0,43% ke level RM 2,797 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya sudah tergerus 0,32%.

Analis monex Investindo Futures Faisyal menilai, ada sejumlah penyebab tekanan harga CPO. Pertama, ringgit Malaysia menguat. Komoditas CPO diperdagangkan menggunakan mata uang negeri Jiran, sehingga saat mata uang negara ini menguat, maka harga CPO akan lebih mahal.

"Saat ringgit naik, investor harus membeli dengan harga lebih tinggi," jelas Faisyal, Jumat (10/11).

Ringgit Malaysia memang sedang menguat terhadap dollar AS. Berdasarkan indeks spot, dalam sepekan ini, ringgit sudah menguat 1,05% ke RM 4,19 per dollar.

Faktor kedua, stok di Malaysia bulan Oktober CPO meningkat. Dewan Minyak Sawit Malaysia menyatakan stok minyak sawit naik 8,4% menjadi 2,19 juta metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya. Ini stok tertinggi sejak Januari 2016.

Ketiga, terjadi penurunan harga produk minyak nabati seperti kedelai dan jagung. "Kalau kedelai di China dan jagung di AS turun, maka bisa memicu harga CPO juga turun," jelas Faisyal. Harga CPO tidak terlepas dari substitusi minyak nabati lainnya, apalagi ketiganya kerap digunakan sebagai sumber untuk biofuel ataupun minyak goreng.

Lanjut Faisyal, satu-satunya yang bisa mengangkat sentimen CPO adalah cuaca yang kerap hujan. Ini berpotensi menyebabkan pasokan berkurang. Ada pula kemungkinan China akan menambah permintaan untuk menyambut tahun baru China pada Februari depan.

"Biasanya palm oil akan meningkat dari India dan China, tapi masih belum terlihat trennya karena masih jauh," imbuhnya.

Faisyal menilai, pasar masih akan mempertimbangkan sejumlah faktor tersebut, sehingga harga CPO masih akan cenderung tertekan pada pekan depan. Prediksinya, Senin (13/11), harga CPO akan bergerak antara RM 2.720-RM 2.800 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×