Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah pada hari ini mencatatkan pelemahan terbesar dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 14.01, kontrak NDF rupiah untuk pengantaran satu bulan melemah 0,1% menjadi 9.900 per dollar AS. Nilai tersebut 1,9% lebih rendah dari nilai tukar rupiah di pasar spot yang melemah 0,6% menjadi 9.710.
Pelemahan rupiah pada hari ini dipicu oleh spekulasi bahwa eksportir menahan dollar yang diterima dari pendapatan luar negeri untuk mengerek keuntungan. Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada 11 Januari lalu, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menjelaskan suplai dollar AS di pasar domestik mengerucut karena eksportir tidak mengkonversi pendapatannya dari luar negeri.
"Masalah rupiah masih tetap, di mana suplai dollar di pasar onshore masih terbatas. Pesona Indonesia masih tetap ada, namun investor mulai melakukan lindung nilai terhadap investasi mereka jika sewaktu-waktu terjadi pelemahan yang lebih dalam dan kesulitan untuk keluar dari pasar," urai Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura.
Sekadar tambahan informasi, data yang dirilis Kementrian Keuangan menunjukkan, investor asing memangkas kepemilikannya pada surat utang pemerintah dengan nilai mencapai Rp 2 triliun atau US$ 206 juta pada bulan ini menjadi Rp 268,53 triliun pada 14 Januari lalu. Ini merupakan level terendah sejak November 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News