kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kontrak baru emiten konstruksi menyusut


Selasa, 05 Agustus 2014 / 05:07 WIB
Kontrak baru emiten konstruksi menyusut
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berjalan saat akan menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (19/1/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Di semester pertama 2014, kinerja emiten konstruksi pelat merah agak seret. Salah satu pemicu adalah pemangkasan anggaran pendapatan belanja dan negara (APBN), terutama untuk sektor infrastruktur.

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) misalnya, hanya membukukan total kontrak senilai Rp 3,5 triliun di semester satu 2014. Perolehan kontrak ini turun 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sekitar Rp 5 triliun. Nilai kontrak terakhir baru setara 16,67% dari target tahun 2014 sebesar Rp 21 triliun.

M Aprindy, Sekretaris Perusahaan ADHI, mengatakan, pengurangan anggaran pemerintah berdampak terhadap perolehan kontrak emiten tersebut. Meski demikian, manajemen memperkirakan, proyek akan marak di kuartal ketiga dan kuartal keempat tahun  ini. "Proyek pemerintah mulai ramai di akhir semester pertama hingga akhir tahun," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (23/7) lalu. Kontrak  ADHI dari swasta, BUMN dan proyek pemerintah.

Menipisnya perolehan kontrak ADHI juga berdampak ke kinerja keuangannya hingga kuartal kedua tahun ini. ADHI mencetak laba bersih senilai Rp 60,54 miliar, turun 11,86% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 68,69 miliar.

Pemain lain yang juga harus bekerja keras adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Hingga pertengahan Juli lalu, emiten ini  mengantongi kontrak baru senilai Rp 7,1 triliun. Jumlah ini setara 27,49% dari target kontrak baru Rp 25,83 triliun di akhir 2014.

Di semester I 2014, WIKA mengantongi kontrak Rp 6,7 triliun, turun 29% dari periode sama tahun lalu. "Pengurangan proyek tak hanya dari APBN pemerintah, tapi juga BUMN. Untuk itu, kami mencari potensi lain yakni proyek sektor migas dan swasta," kata Sekretaris Perusahaan WIKA, Natal Argawan Pardede, beberapa waktu lalu.

Kondisi serupa terjadi di PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Haris Gunawan, Sekretaris Perusahaan WSKT, bilang, perseroan ini telah mengantongi total kontrak senilai Rp 7,09 triliun hingga Juni lalu. "Jumlah itu 38% dari target kontrak tahun ini Rp 18,7 triliun," tutur Haris, belum lama ini.

Saat ini, proyek pemerintah berkontribusi sebesar 30% terhadap total kontrak WSKT. Padahal selama ini proyek pemerintah menyumbang 60% total proyek WSKT. Dus, Waskita Karya mendiversifikasi bisnis dengan membentuk anak usaha baru yang bergerak di pembangunan ruas tol.

Sedangkan PT PP Tbk (PTPP) hanya mengantongi kontrak baru Rp 8,34 triliun hingga Juni. Jumlah itu menurun 12,21% dari periode sama tahun lalu. Mengacu data Juni, PTPP mengantongi 34,75% dari target total kontrak baru 2014 sebesar Rp 24 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×