kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.291   14,00   0,09%
  • IDX 7.140   43,32   0,61%
  • KOMPAS100 1.026   0,52   0,05%
  • LQ45 779   2,15   0,28%
  • ISSI 234   0,17   0,07%
  • IDX30 402   1,16   0,29%
  • IDXHIDIV20 463   0,95   0,21%
  • IDX80 115   0,26   0,23%
  • IDXV30 117   0,40   0,34%
  • IDXQ30 129   -0,04   -0,03%

Konflik Timur Tengah Kian Memanas, Harga Minyak Diperkirakan Tembus US$80 per barrel


Senin, 23 Juni 2025 / 17:02 WIB
Konflik Timur Tengah Kian Memanas, Harga Minyak Diperkirakan Tembus US$80 per barrel
ILUSTRASI. Ketegangan antara Iran dan Israel memicu kekhawatiran pasar energi karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Diperkirakan harga minyak bisa meroket hingga US$ 80 per barrel. REUTERS/Eli Hartman


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketegangan antara Iran dan Israel memicu kekhawatiran pasar energi karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Diperkirakan harga minyak bisa meroket hingga US$ 80 per barrel.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), menjelaskan bahwa setiap kali terjadi konflik geopolitik, terutama yang melibatkan negara-negara dengan peran penting dalam pasokan energi dunia, seperti Iran, harga minyak dapat mengalami kenaikan.

“Ini memang bisa menyulut kenaikan harga minyak, karena ada disrupsi dari sisi suplai,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (23/6).

Baca Juga: Konflik Iran dan Israel Picu Lonjakan Harga Minyak dan Ancaman Inflasi Global

Ia menjelaskan juga bahwa jika terjadi eskalasi lebih lanjut, seperti penutupan pada Selat Hormuz, maka proyeksi harga minyak bisa semakin tinggi.

Faisal mencatat bahwa saat ini harga minyak global telah meningkat dari level sekitar US$ 60 per barrel, bahkan sempat menembus US$ 76 per barrel.

“Potensinya menurut saya bisa terus naik sampai US$ 80 per barrel,” kata Faisal.

Ia menekankan bahwa kemungkinan penutupan Selat Hormuz mungkin tidak akan sebesar yang diperkirakan, mengingat Sejarah konflik di Timur Tengah yang menunjukkan bahwa ancaman tersebut tidak selalu terjadi.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melonjak, Pertamina Evaluasi Harga BBM Non-Subsidi

Di sisi lain, David Ernest Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), menyoroti dampak langsung yang mungkin terjadi pada harga minyak.

“Ada kekhawatiran Selat Hormuz diblokade Iran, premi risiko akibat risiko ini sekitar US$ 20 - US$ 30 per barrel,” kata David kepada Kontan.co.id, Senin (23/6).

Ini menunjukkan bahwa pasar harus menyusun rencana untuk konsolidasi dan penyesuaian terhadap indikator ekonomi jika harga minyak terus meningkat.

David menjelaskan bahwa mata uang negara berkembang kemungkinan akan mengalami pelemahan akibat risiko yang ditimbulkan oleh ketegangan ini. Dengan ini, ketidakpastian geopolitik dapat memberi dampak signifikan pada ekonomi global dan nilai tukar mata uang, termasuk rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×