Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
Wisnu juga menyebut pelemahan harga saham-saham perbankan ini tak lepas dari aksi jual bersih oleh investor asing.
Meski demikian, ia menilai penyusutan harga saham perbankan ini merupakan hal yang wajar lantaran dalam tiga bulan terakhir sudah naik cukup signifikan
Dari segi kinerja, sambungnya, semakin kondisi ekonomi yang memburuk dikhawatirkan kredit macet atau non performing loan (NPL) perbankan kian meningkat dan penyaluran kredit juga menyusut.
Baca Juga: Permintaan kredit korporasi mulai naik
Wisnu melihat prospek saham-saham perbankan pada tahun ini memang memiliki tekanan yang cukup besar lantaran kondisi masih tidak stabil. "Pelaku usaha masih banyak yang wait and see, mereka menahan untuk melakukan ekspansi dan meminjam uang di perbankan," tambahnya.
Ke depannya, ia memprediksi saham-saham perbankan berpotensi melanjutkan tren penurunan sampai pertengahan Oktober 2020. Adapun sentimen positif yang dapat mengangkat saham-saham perbankan yakni penanganan Covid-19 dan perkembangan dari program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Kabar positif terkait perkembangan vaksin Covid-19 juga dinilai bisa menjadi katalis positif untuk saham perbankan. Ia menilai empat saham perbankan seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI masih menarik, terlebih ketika ekonomi kembali membaik.
Ia menyarankan pelaku pasar untuk bisa beli secara bertahan saham BBCA apabila harganya mendekati atau di bawah Rp 25.000 per saham, kemudian investor juga bisa buy on weakness saham BBRI ketika harganya di Rp 2.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News