kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Komoditas Nikel Masih Bugar di Tengah Lesunya Ekonomi China


Minggu, 27 November 2022 / 19:08 WIB
Komoditas Nikel Masih Bugar di Tengah Lesunya Ekonomi China
Foto udara pabrik pengolahan nikel milik PT Aneka Tambang Tbk di Kecamatan Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (24/8/2020). Komoditas Nikel Masih Bugar di Tengah Lesunya Ekonomi China.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sektor komoditas nikel diperkirakan masih tetap bugar di tengah lesunya ekonomi China. Pemain-pemain besar masih percaya diri melanjutkan investasinya pada bisnis nikel.

Seperti diketahui, saat ini harga komoditas nikel tergiring oleh perlambatan ekonomi China yang tengah dilanda covid. Hal itu karena China merupakan negara konsumen utama komoditas logam industri termasuk nikel. 

Analis BRI Danareksa sekuritas Hasan Barakwan dalam riset 14 November 2022 menjelaskan bahwa harapan bagi komoditas nikel adalah ketika China mengendurkan kebijakan nol covid.

Relaksasi covid-19 menjadi penting karena China menyumbang sekitar 50% permintaan dari logam dasar dunia. Langkah itu dinilai bisa menciptakan sentimen positif pada harga komoditas nikel.

Baca Juga: Setoran PNBP dari Hilirisasi Mineral Capai Rp 146,85 Triliun

"Kondisi keseimbangan pasar nikel saat ini mencerminkan kondisi China yang bergelut dengan kebijakan covid, yang membuat pasar perumahan dan konstruksi domestik di negara tersebut mengalami kontraksi," tulis Hasan dalam risetnya, (14/11).

Optimisme Hasan tersebut karena menilai pengendalian covid di China sudah membaik. Yang terbaru, China mengurangi waktu karantina untuk pelancong internasional menjadi lima hari dari sebelumnya tujuh hari.

Dengan demikian, momentum pembukaan kembali China nantinya akan berdampak signifikan bagi pasar baja, yang kemudian menjalar untuk nikel juga. Sebab, produksi baja tahan karat masih menyumbangkan 70% dari konsumsi nikel.

Hasan meyakini bahwa harga nikel akan tetap kuat pada kuartal IV-2022. Diperkirakan akan ada pemulihan dalam hal volume penjualan di kuartal empat sebagai hasil normalisasi aktivitas di China.

BRI Danareksa Sekuritas menaikkan perkiraan harga nikel untuk tahun 2022-2023 menjadi US$ 26.00/ton & US$ 21.000/ton. Dari harga sebelumnya senilai US$ 21.000/ton & USD17.000/ton.

Baca Juga: Regulasi Rantai Pasok & Deforestasi Uni Eropa Tengah Dibahas, Ancam Produk Indonesia?

Analis Pilarmas Investindo Desy Israhyanti tidak memungkiri bahwa perlambatan ekonomi global yang dipicu sejumlah krisis seperti energi, pangan, memang masih akan menjadi tantangan bagi industri nikel. 

Dengan permintaan yang terbatas maka produksi otomatis akan diturunkan. Namun, sentimen positifnya adalah komoditas nikel menjadi arah laju bisnis yang menuju pada hilirisasi di masa depan. 

"Pengembangan ekosistem menjadi game changer baik bagi emiten, industri, maupun kontribusinya terhadap ekonomi dan pendapatan negara," imbuh Desy kepada Kontan.co.id, Minggu (27/11).



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×