Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski kemarin sempat naik (rebound), prospek harga komoditas berbasis metal diprediksi tetap negatif. Perlambatan ekonomi China dan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, menaikkan suku bunga acuan bakal menghambat laju harga komoditas ini.
Seperti diberitakan Bloomberg (11/2), harga beberapa komoditas metal sempat rebound setelah sehari sebelumnya jatuh. Kemarin, harga tembaga pengiriman tiga bulan di Bursa London Metal (LME) sempat menguat 0,5% menjadi US$ 5.620 per ton.
Sehari sebelumnya, harga tembaga sempat terkoreksi 1,28% ke level US$ 5.595 per dollar AS. Harga nikel juga sempat menguat tipis 0,71% menjadi US$ 14.930 per ton.
Harga komoditas metal rebound jelang pertemuan Yunani dengan krediturnya dari Eropa, Rabu-Kamis (11-12/2). Jonathan Barratt, Chief Investment Officer Ayers Alliance Securities di Sydney, mengatakan, harga tembaga mendapatkan sedikit kekuatan dari pertemuan itu. "Mari kita lihat, apakah bisa bertahan. Orang ingin melihat situasi geopolitik menjadi jelas," katanya kepada Bloomberg, Rabu (11/2).
Sementara, Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim menilai, rebound atau kenaikan harga beberapa komoditas metal terjadi karena aksi ambil untung (profit taking) semata. "Tidak ada faktor fundamental kuat yang mendorong rebound sehingga praktis itu hanya profit taking saja," kata Ibrahim, Rabu (11/2).
Harga komoditas berbasis metal, kata Ibrahim, justru rawan terpental. Rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi sentimen yang menekan komoditas metal.
Investor memilih wait and see. Sebab, rencana itu membuat dollar AS kian digdaya. Ini merugikan investor karena komoditas metal diperdagangkan dalam dollar AS.
Faiyaz Hudani, analis Kotak Commodity Services Ltd., dalam risetnya Rabu (11/2), menulis, tekanan terhadap harga komoditas bertambah seiring perlambatan ekonomi China, yang menjadi importir terbesar komoditas metal.
Ibrahim menyarankan investor tetap mengambil posisi jual untuk tiga komoditas berbasis nikel di pekan ini dengan target harga nikel US$ 14.500 per ton, tembaga US$ 5.350 per ton dan aluminium US$ 1.720 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News