Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kinerja saham sektor ritel terutama yang memiliki market cap besar ternyata mampu melampaui kinerja IHSG. Setidaknya itu terjadi awal tahun lalu, sampai dengan 20 Mei 2013. Setelah itu, kinerja saham sektor ritel mulai melemah seiring pelemahan IHSG.
Reza Priyambada, analis dari Trust Securities bilang, sebelum 20 Mei 2013, kinerja IHSG memberikan return 20,81% sedangkan sektor saham ritel bermarket cap besar mampu cetak return diatasnya, rata-rata 72,65%.
Contohnya adalah, Matahari Department Store Tbk (LPPF) dengan return 416,67%, Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) 62,61%, Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) 39,85%), Ramayana Lestari Sentosa (RALS) 25,41%, Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) 14,29% dan banyak lagi.
Namun memasuki 20 Mei 2013, kondisi IHSG mulai melemah atau turun 11,11% akibat aksi jual yang terjadi hingga 15 Juli 2013. Selama Mei hingga pertengahan Juli ini, hanya ada dua emiten ritel yang mampu bertahan, yaitu MPPA dengan return 22,99% dan AMRT 5%.
Sementara itu, saham ritel lainnya yang alami pelemahan dalam, seperti MAPI turun 24,73%, ACES turun 18,68%, HERO turun 18,01%, RALS turun 16,34% dan juga LPPF -15,77%.
"Selain karena kondisi pasar yang terimbas pelemahan pasar saham luar negeri, juga dipicu sentimen internal yang kurang kondusif antara lain kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang memicu inflasi yang berimbas menurunkan daya beli masyarakat," kata Reza, Rabu (17/7).
Untuk sementara ini, Reza merekomendasikan investor mengurangi porsi saham ritel atas pertimbangan sentimen negatif tersebut. Reza merekomendasikan untuk melakukan trading sell dengan memanfaatkan apresiasi harga untuk mengurangi posisi.
"Kemungkinan bisa dipertimbangkan hingga sentimen-sentimen negatif mulai mereda. Apalagi memasuki musim rilis laporan keuangan yang diharapkan bisa perbaiki laju saham," ujar Reza.
Sementara itu, Satrio Utomo, analis Universal Broker Indonesia mengungkapkan, pergerakan saham ritel seperti MPPA dan juga RALS masih cukup baik, meski pencapaiannya tak sebaik posisi tertinggi bulan April-Mei lalu.
Jika dilihat sejak Januari 2013, saham-saham ritel sempat mengalami kenaikan yang luar biasa. Namun jika dilihat dari level harga tertinggi pada April-Mei lalu, saat ini koreksi mencapai 10%-20%. "Menjelang Lebaran, pasar saham ikut market. Terlebih saat ini, pasar menunggu pernyataan pimpinan The Federal Reserve Ben Bernanke mengenai kelanjutan stimulus quantitative easing (QE3)," kata Satrio.
Menurut Satrio, sampai akhir tahun saham sektor ritel tumbuh bagus walaupun ada risiko saat Meski pertumbuhan ekonomi melambat. Akan tetapi, kata dia, jika investor mendapatkan harga bagus di pasar saham ritel, maka tak salahnya untuk dikoleksi.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada konsumsi dalam negeri. Karena itu, potensi saham ritel masih bagus," tambah Satrio. Nah, selanjutnya terserah Anda. Ingatlah untuk selalu bijak dalam berinvestasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News