Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir satu tahun dan masih jadi tantangan bagi emiten sektor pariwisata serta perhotelan. Pemerintah juga terus berupaya untuk kembali memulihkan setor pariwisata dengan menyiapkan berbagai program stimulus lanjutan pada 2021.
Misalnya saja melalui program dana hibah pariwisata, pada tahun lalu pemerintah telah mengucurkan dana hibah pariwisata sebesar Rp 3,3 triliun untuk pemulihan hotel, restoran di daerah pariwisata terdampak.
Sementara untuk tahun 2021 ini, dana hibah pariwisata tersebut bakal bertambah dan cakupan diperluas selain hotel, restoran, juga usaha biro perjalanan wisata (BPW) dan usaha wisata lainnya.
Baca Juga: Vue Palace Hotel pastikan kondisi likuiditas aman
Emiten sektor perhotelan memang sejauh ini menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari adanya pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak Maret 2020. Pandemi Covid-19 juga berpotensi mengakibatkan emiten mengalami gagal bayar kewajiban.
Meski demikian, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, emiten perhotelan masih mendapat dukungan perbankan dalam mempertimbangkan keringanan atau restrukturisasi pinjaman.
Selain itu, menurut Nafan pemilik perusahaan perhotelan juga dapat mencari jalur kredit tambahan. “Vaksinasi Covid-19 secara massal menjadi game changer. Sementara itu, kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 masih menjadi sentiment negatif untuk sektor ini,” katanya, Minggu (7/2).
Ia melihat emiten hotel yang memiliki rasio utang yang cukup aman ada PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT) dengan debt to equity ratio (DER) 16,49%, PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) dengan DER 8,98%, PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) dengan DER 15,77%, dan PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) dengan DER 27,77% dan PT MNC Land Tbk (KPIG) dengan DER 25,84%.
Selain memiliki DER yang kecil, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, emiten seperti EAST, MAMI dan PSKT juga memiliki rasio likuiditas yang juga tinggi.
Sukarno menuturkan, prospek sektor perhotelan pada tahun ini belum dapat pulih sepenuhnya dan masih akan mengalami kesulitan. Adapun pembatasan aktivitas turis mancanegara yang datang ke Indonesia masih menjadi sentiment negatif.
Walaupun begitu, Sukarno bilang kinerja emiten perhotelan pada tahun ini bakal lebih baik ketimbang capaian di tahun lalu.
Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) siapkan belanja modal Rp 700 miliar tahun ini
“Jika vaksin dapat didistribusikan denga baik dan mampu menunjukkan hasil yang positif, tak menutup kemungkinan kinerjanya sedikit membaik dan pelonggaran aktivitas asing bisa terjadi,” paparnya.
Sukarno bilang saham-saham dari sektor perhotelan juga belum menarik untuk dikoleksi, sehingga ia menyarankan pelaku pasar untuk wait and see ke saham-saham emiten perhotelan.
Sementara itu, Nafan mengatakan sejumlah saham emiten perhotelan kurang likuid. Ia memberikan rekomendasi hold untuk DFAM dengan TP Rp 155, SHID dengan TP Rp 2.700, EAST dengan TP Rp 58, hold FITT dengan TP Rp 100, hold JIHD dengan TP Rp 410, dan KPIG dengan target harga Rp 95 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News