Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mampu melanjutkan catatan kinerja keuangan yang ciamik hingga sembilan bulan di tahun ini, kondisi berbeda terjadi pada pergerakan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dalam beberapa bulan terakhir.
Mengacu pada data RTI, saham BBRI terpantau terkoreksi sekitar 7,59% selama tiga bulan terakhir. Meski demikian, BBRI mengalami penguatan 1,47% di hari ini (25/10) pasca paparan kinerja keuangannya menjadi di level Rp 5.175 per saham.
Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno K. mengungkapkan bahwa pergerakan harga saham bank yang berfokus pada segmen UMKM ini lebih dipengaruhi oleh kondisi eksternal perusahaan, bukan karena kondisi internal.
Vivi menyoroti kondisi global yang saat ini mencermati kebijakan suku bunga tinggi dari bank sentral AS, The Fed. Di mana, tren suku bunga tinggi ini akan masih terjadi untuk waktu yang lebih lama.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Bumi Serpong Damai (BSDE), Intip Sentimennya
Ia menyebutkan bahwa BRI ini memang secara postur balance sheet-nya itu termasuk liability sensitive. Artinya pada kondisi perekonomian di mana interest rate-nya itu tinggi, biasanya memang kinerja BRI itu lebih terkena pressure dibandingkan dengan perbankan yang lain.
“Namun kita percaya bahwa BRI memiliki kinerja fundamental yang kuat, dan terbukti tumbuh secara sustain selama puluhan tahun,” ujarnya, Rabu (25/10).
Oleh karenanya, Ia pun optimistis bahwa kinerja saham dari BRI sendiri mampu kembali ke kondisi yang wajar. Meskipun, kondisi ketidakpastian ekonomi saat ini masih terus berlangsung.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus berpendapat bahwa secara fundamental pihaknya melihat masih baik. Di mana, itu tercermin dari kinerja keuangan perusahaan yang terus melanjutkan pertumbuhan kredit maupun laba.
Meski demikian, ia menyadari bahwa situasi dan kondisi saat ini tidak mudah bagi perbankan, termasuk BRI. Sebab, kenaikan tingkat suku bunga tentu akan berdampak pada cost of fund bunga pinjaman yang akan mengalami kenaikan.
Baca Juga: Indeks LQ45 Loyo, Ini Saham Murah yang Menarik untuk Dikoleksi
“Tahun depan, seharusnya situasi dan kondisi mulai membaik, sehingga mendorong stabilitas pemulihan ekonomi tetap berjalan. Jadi rekomendasinya beli dengan target harga di Rp 6.150 per saham,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News