Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rata-rata kinerja reksadana saham syariah yang tercermin dalam Infovesta Sharia Equity Fund Index anjlok terseret beberapa reksadana yang melemah tajam.
Berdasarkan data Infovesta, per Selasa (3/9), kinerja rata-rata reksadana saham syariah turun 19,56% sejak awal tahun. Sebagai perbandingan, rata-rata reksadana saham konvensional hanya melemah sekitar 6%.
Bahkan, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal tahun berhasil tumbuh 1,21% sejak awal tahun. Begitupun dengan indeks yang biasa dijadikan acuan reksadana syariah, indeks JII70 menguat 3,5%. Sedangkan indeks saham syariah Indonesia (ISSI) naik 4,3%. Sementara, JII tumbuh 1,02%.
Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan kinerja rata-rata reksadana saham anjlok karena terseret beberapa reksadana yang kinerjanya jatuh sebesar 40% hingga 60%.
Baca Juga: 10 reksadana saham ini sukses mencatat return cemerlang sepanjang Agustus
Edbert menghimbau bagi investor yang membutuhkan investasi di reksadana saham syariah, tidak perlu khawatir. Walaupun kinerja rata-rata anjlok, tetapi sekitar 41,67% produk reksadana saham syariah memiliki kinerja lebih baik dari IHSG dan sekitar 31,25% reksadana berkinerja lebih tinggi dari ISSI sejak awal tahun.
"Jangan khawatir, reksadana saham syariah yang mencatatkan pertumbuhan double digit pun ada," kata Edbert, Rabu (4/9).
Sebagai catatan jumlah reksadana tersebut tidak termasuk reksadana saham syariah denominasi dollar AS, yang membagikan dividen serta dana kelolaan kurang dari Rp 10 miliar.
Secara umum, Edbert optimis kinerja reksadana saham syariah berpotensi catatkan pertumbuhan hingga akhir tahun. Sentimen positif bisa datang dari kinerja sektor infrastruktur, properti dan komoditas yang masih berpotensi naik harga sahamnya.
Baca Juga: Pemangkasan suku bunga acuan menguntungkan reksadana berbasis obligasi
Edbert mengharapkan permintaan crude palm oil (CPO) yang meningkat dan membuat harga CPO mulai rebound bisa mendukung kinerja sektor komoditas.
"Permintaan CPO naik seiring dampak perang dagang AS dan China yang membuat CPO jadi subtitusi minyak kedelai AS,"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News