CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Kinerja Reksadana Saham Diramal Akan Kembali Moncer pada Bulan Maret


Kamis, 03 Maret 2022 / 11:08 WIB
Kinerja Reksadana Saham Diramal Akan Kembali Moncer pada Bulan Maret
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Februari menjadi periode yang positif untuk kinerja reksadana. Berdasarkan data dari Infovesta Utama, seluruh jenis reksadana berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja. 

Reksadana dengan pertumbuhan tertinggi adalah reksadana saham di mana Infovesta 90 Equity Fund Index yang mengukur kinerjanya berhasil tumbuh 2,43%. Lalu disusul oleh reksadana campuran yang kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index yang naik 1,54%.

Sementara reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang masing-masing kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index dan Infovesta 90 Money Market Fund Index berhasil tumbuh 0,36% dan 0,20%.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengungkapkan, faktor pendorong kinerja reksadana saham adalah pergerakan IHSG yang menguat 3,88% secara bulanan. IHSG juga berhasil mencapai level tertinggi baru di 6.929, sebelum akhirnya ditutup di level 6.888.

Baca Juga: IHSG Moncer, Reksadana Saham Catat Kinerja Ciamik Sepanjang Februari

“Penguatan IHSG ini antara lain didukung oleh aksi beli investor asing terhadap saham berkapitalisasi besar, terutama perbankan, serta kenaikan harga komoditas,” kata Ika kepada Kontan.co.id, Rabu (2/3).

Memasuki Maret, kondisi pasar keuangan dihadapkan dengan perang antara Rusia - Ukraina yang mengakibatkan meningkatnya ketidakpastian. Ika menjelaskan, pasar akan terus mengamati perkembangan konflik beserta dampaknya terhadap ekonomi, harga komoditas dan pasar keuangan global. 

Selain konflik, pasar juga menantikan pertemuan The Fed yang dijadwalkan akan berlangsung pada 15-16 Maret, di mana The Fed berencana akan menghentikan program pembelian obligasi dan mulai menaikkan suku bunga untuk meredam laju inflasi AS yang terus mengalami kenaikan. 

Semula pasar, memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5% pada pertemuan Maret. Namun setelah berlangsungnya perang, Ika meyakini kemungkinan terbesar The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25% sambal mencermati perkembangan ekonomi lebih lanjut.

Sementara Direktur Panin Asset Management Rudiyanto meyakini perang bisa menjadi katalis negatif jika eskalasi terus memanas dan melibatkan banyak negara. Namun, konflik kali ini melibatkan negara penghasil komoditas energi yang besar sehingga berdampak terhadap harga komoditas. 

Baca Juga: Reksadana Pasar Uang Catat Kinerja Paling Apik Sepekan Terakhir

Menurutnya, dari persepsi asing, Indonesia adalah negara komoditas sehingga dianggap sebagai negara yang diuntungkan.

“Sama seperti 2020 ke sektor kesehatan dan teknologi, lalu 2021 ke sektor digital, 2022 kemungkinan akan menjadi tahunnya energi dan komoditi di mana Indonesia menjadi negara tujuan investor asing,” imbuh Rudiyanto.

Rudiyanto juga melihat konflik yang tengah terjadi memungkinkan kebijakan The Fed untuk kenaikan suku bunga acuan diperlonggar. Walau untuk pastinya, masih sulit diprediksi karena situasi masih berubah dari waktu ke waktu.

Sementara dari sentimen domestik untuk bulan Maret, Ika melihat pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh lanjutan earning season tahun 2021 dan aksi korporasi emiten. Namun, angka inflasi harus diperhatikan karena kenaikan harga komoditas juga akan mendorong kenaikan inflasi. 

Menurut Ika, jika The Fed menaikkan suku bunganya secara berkelanjutan dan agresif, berpotensi mendorong depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Inflasi yang meningkat dan depresiasi rupiah ini berpotensi akan mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan. 

“Dengan demikian reksadana saham kemungkinan akan kembali mencetak kinerja yang baik di bulan Maret yang dipengaruhi oleh kenaikan inflasi dan kenaikan harga komoditas,” tutup Ika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×