Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona yang meluas sepanjang tahun ini membuat pasar keuangan Indonesia ikut terseret. Buktinya, sepanjang Februari lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah turun 8,20%. Mengingat di akhir Fabruari lalu, IHSG ditutup di level 5.452,704.
Lesunya pasar saham juga membuat kinerja reksadana saham anjlok. Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin dalam Infovesta 90 Equity Fund Index minus 7,23%.
Nah, jika melihat sejak awal tahun, rata-rata kinerja reksadana saham juga anjlok 13,84%. Angka ini lebih besar dari pelemahan IHSG. Di mana hingga Jumat (28/2), IHSG baru turun 13,44%.
Baca Juga: Valuasi saham kian murah, reksadana saham bisa dilirik
Koreksi pada pasar saham juga membuat kinerja reksadana campuran tak bertenaga, Buktinya, rata-rata kinerja reksadana campuran yang tercermin dalam Infovesta 90 Balanced Fund Index juga minus 6,43% sejak awal tahun dan menurun 3,71% secara bulanan.
Kinerja mantap berhasil ditorehkan reksadana pasar uang. Rata-rata kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index tercatat naik 0,88% sejak awal tahun dan naik 0,41% secara bulanan.
Sementara itu, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta 90 Fixed Income Fund Index berhasil kembali menjadi reksadana paling unggul. Sejak awal tahun, kinerja reksadana yang berbasis obligasi ini tumbuh 1,74%. Secara bulanan kinerja reksadana ini tumbuh 0,13%.
Baca Juga: Batavia Prosperindo AM pertahankan racikan portofolio di tengah virus corona
Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan, dengan kinerja reksadana pendapatan tetap yang unggul maka reksadana jenis ini menarik untuk dijadikan investasi di tengah sentimen virus corona yang masih mengancam kinerja pasar saham dalam negeri.
Soni juga optimistis, kinerja reksadana pendapatan tetap bisa tumbuh positif hingga akhir tahun meski tidak dipungkiri sentimen virus corona berpotensi membuat yield Surat Utang Negara (SUN) kembali naik dan menyeret harga SUN.
"Investor asing belakangan lakukan aksi jual karena khawatir virus corona, secara bulanan kinerja reksadana pendapatan tetap terjadi koreksi yang sehat, tetapi sejak awal tahun kinerja masih positif," kata Soni, Senin (3/2).
Salah satu reksadana pendapatan tetap Bahana TCW Investment yang berkinerja positif adalah Bahana Prime Income Bond Fund. Berdasarkan data Infovesta sejak awal tahun kinerja reksadana ini tumbuh 2,95% hingga akhir Februari.
Sementara, secara bulanan produk tersebut tumbuh 0,88%. Kinerja tersebut membawa Bahana Prime Income Bond Fund menjadi reksadana berkinerja tertinggi nomor tujuh.
Baca Juga: Hampir seluruh jenis reksadana melorot di pekan lalu
Soni menjelaskan saat ini ia fokus memegang portofolio dalam bentuk SUN dengan durasi 4,5 tahun. Di akhir tahun lalu racikan strategi reksadana ini fokus pada SUN berdurasi 6,8 tahun. Soni menurunkan durasi untuk merefleksikan meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi dunia.
"Kami sudah menurunkan durasi sejak minggu lalu mengingat volatilitas meningkat, koreksi ada di depan mata karena ketakutan virus korona," kata Soni.
Meski begitu, Soni menilai kinerja reksadana pendapatan tetap masih menarik dan memperkirakan imbal hasil reksadana pendapatan tetap tumbuh 9%-10% di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News