Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja rata-rata reksadana pasar uang masih berpotensi meningkat di akhir tahun ini maupun di tahun depan, walaupun ada kemungkinan imbal hasilnya tersaingi oleh reksadana berbasis saham dan obligasi.
Di bulan November, kinerja rata-rata reksadana pasar uang yang tercermin di Infovesta Money Market Fund Index tumbuh 0,38% month on month (mom). Angka ini masih lebih rendah ketimbang kinerja rata-rata reksadana saham, pendapatan tetap, hingga campuran yang seluruhnya tumbuh di atas 2% di bulan lalu.
Namun, jika dihitung sejak awal tahun, reksadana pasar uang menjadi satu-satunya instrumen reksadana yang mencetak kinerja rata-rata positif yaitu sebesar 3,79% secara year to date (ytd) hingga bulan silam.
Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management mengatakan, walau kondisi pasar saham dan obligasi Indonesia mulai menunjukkan perbaikan, sentimen ini dinilai tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja reksadana pasar uang dalam waktu dekat. Hal ini mengingat kinerja reksadana tersebut ditopang oleh kupon obligasi tenor di bawah satu tahun dan bunga deposito.
Sementara itu, Soni Wibowo Direktur Bahana TCW Investment Management menyebut, perbaikan kinerja pasar saham dan obligasi kemungkinan hanya akan mempengaruhi dana kelolaan reksadana pasar uang saja.
Dalam hal ini, akan terjadi peralihan dana dari reksadana pasar uang ke reksadana lainnya yang diuntungkan oleh kondisi pasar terkini. “Kemungkinan switching ada tapi hanya sebagian kecil saja,” kata Soni, Kamis (6/12).
Potensi tersebut cukup wajar karena fungsi utama reksadana pasar uang bukan mengejar imbal hasil, melainkan menjaga likuiditas dan nilai aset.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana pun memperkirakan, kinerja rata-rata reksadana pasar uang masih bisa meningkat hingga 4% pada akhir tahun ini. Sedangkan di tahun depan, ada peluang kinerja rata-rata reksadana ini bisa meningkat di kisaran 5%-5,5%.
Hal ini dengan mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga acuan di tahun depan yang diperkirakan Wawan bisa terjadi dua kali. “Masih ada potensi kenaikan imbal hasil walau kemungkinan levelnya akan tersaingi oleh reksadana saham atau pendapatan tetap,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News