Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana di tahun 2021 cenderung lesu. Di mana, reksadana pendapatan tetap berhasil menjadi reksadana dengan kinerja terbaik sepanjang 2021. Kinerja reksadana yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index itu naik 3,58%.
Berikutnya, reksadana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta 90 Money Market Fund Index yang tumbuh 3,19%. Disusul, Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mengukur kinerja reksadana campuran yang naik 2,60%.
Sementara reksadana saham yang kinerjanya terlihat dari Infovesta 90 Equity Fund Index berada di peringkat terakhir setelah koreksi 2,25% sepanjang tahun 2021.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, secara keseluruhan kinerja tersebut memang mencerminkan kondisi di pasar keuangan pada 2021.
Namun, khusus untuk reksadana saham, dia menyebut kinerja reksadana ini masih underperformed karena jauh berada di bawah indeks harga saham gabungan (IHSG). Adapun, sepanjang 2021, IHSG berhasil menguat 10,08%.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Sepanjang Tahun 2021 di Bawah Ekspektasi
“Reksadana saham di bawah IHSG sebenarnya sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir. Untuk 2021, penyebabnya adalah kenaikan saham yang besar dan likuid seperti LQ-45 masih tertinggal dengan kenaikan saham sektor teknologi dan digital yang menjadi penggerak IHSG,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Senin (3/1).
Memasuki tahun ini, Rudiyanto menyebut, terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi kinerja industri reksadana. Mulai dari kenaikan inflasi akibat kenaikan harga barang dan jasa yang dikendalikan pemerintah seperti kenaikan BBM dan tarif listrik.
Selain itu, kelanjutan penanganan pandemi dipastikan agar sampai tidak terjadi lockdown berkepanjangan.
Sentimen lain seperti kinerja laporan keuangan para emiten, apakah penjualan dan laba bersih sudah dapat kembali atau di atas level sebelum pandemi.
Pergerakan harga komoditas juga patut disoroti, apakah akan mengalami penurunan signifikan atau masih bertahan di level yang tinggi. Serta yang terakhir, komunikasi akan kebijakan kenaikan suku bunga dari Bank Sentral
Dengan berbagai hal tersebut, Rudiyanto meyakini, kinerja reksadana berbasis saham akan lebih baik dibandingkan reksadana berbasis obligasi di tahun ini. Pemulihan ekonomi dan tingginya harga komoditas menguntungkan bagi saham.
Adanya pemulihan ekonomi diharapkan membuat sector rotation kembali ke saham bluechip dan big caps yang pada 2021 ketinggalan. Rudiyanto bilang, dengan asumsi IHSG di akhir 2022 berada di level 7.400 - 7.600, kinerja reksadana saham bisa mencapai sekitar 8% - 15%.
Baca Juga: Mengintip Kinerja Reksadana Sepanjang Tahun 2021
Sementara untuk reksadana berbasis obligasi, rencana kenaikan suku bunga acuan bisa memberi dampak negatif. Menurutnya, obligasi terutama yang pemerintah jangka panjang paling terdampak.
Namun katalis positif bisa datang dari inflasi Indonesia yang masih rendah dan likuiditas masih berlimpah. Oleh karena itu, proyeksinya kinerja reksadana pendapatan tetap pada tahun ini di kisaran 3%-7%
Adapun, untuk reksadana campuran yang umumnya bobotnya lebih didominasi oleh saham dibandingkan obligasi, diharapkan kinerjanya dapat lebih baik. Proyeksi Rudiyanto akan tumbuh dalam rentang 5%-10%.
Terakhir, untuk reksadana pasar uang, kinerjanya belum akan banyak berubah. Rudiyanto meyakini kenaikan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat sehingga suku bunga deposito kalaupun naik, paling cepat terjadi di semester II-2022. Untuk kinerjanya sendiri diperkirakan sekitar 2,5%-3,5%.
“Untuk mengoptimalkan kinerja investasi, investor bisa lakukan diversifikasi, gunakan koreksi pasar sebagai kesempatan untuk masuk ke reksadana campuran atau saham,” tutup Rudiyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News