Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) sejak awal tahun hingga Rabu (12/9) mencatatkan penurunan 16,46%. Akibatnya, kinerja reksadana saham syariah jadi ikut menurun.
Meski masih dalam tren menurun, reksadana Avrist Equity Amar Syariah milik Avrist Asset Management masih mencetak kinerja yang lebih baik dari indeks acuannya tersebut. Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich mengelola reksadana Avrist Equity Amar Syariah dengan strategi echanced indexing atau mengacu pada saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index.
Dalam memilih saham yang dipakai sebagai portofolio, Farash mempertimbangkan aspek fundamental, valuasi, serta likuiditas emiten tersebut.
Berdasarkan data Infovesta Utama, per Juni, beberapa saham dengan penempatan terbesar jatuh pada saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
"Kebetulan memang saham-saham sektor konsumsi pokok dan sekunder memang memiliki bobot besar di JII dan memiliki fundamental bisnis yang kuat," kata Farash, Senin (27/8).
Disamping itu, Farash mengatakan tetap menddiversifikasi investasi ke sektor lain, seperti sektor pertambangan dan telekomunikasi yang diharapkan memiliki kinerja baik di semester II sehingga juga dapat menopang kinerja reksadana ini. "Kami juga memperhatikan saham-saham yang memiliki dividen yield tinggi untuk menambah kinerja reksadana," kata Farash.
Farash mengatakan, turnover portofolio relatif rendah karena mempertimbangkan investasi yang berdasarkan fundamental dan valuasi. Dari sisi fundamental dan valuasi, Farash menilai kinerja reksadana ini masih belum optimal karena masih ada sekitar 25% dari fair value-nya.
Per Senin (10/9), kinerja reksadana ini masih turun 14,71%. Namun, kinerja tersebut masih lebih baik dari kinerja indeks JII yang turun 15,97% di periode yang sama.
Katalis positif yang bisa mendukung kinerja reksadana ini di semester II 2018 adalah bila emiten dapat mempertahankan peningkatan bisnisnya. Pendukung lain adalah nilai tukar rupiah yang stabil sehingga menarik dana asing masuk.
Hingga akhir Juli 2018, reksadana ini memiliki dana kelolaan sebesar Rp 14,87 miliar.
Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama mengatakan, saham dalam indeks JII memang mayoritas saat ini berkinerja negatif. Tak heran kinerja reksadana saham syariah ini juga masih negatif. Sedangkan, sektor di indeks JII yang positif ada pada sektor pertambangan dan industri dasar.
"Memang syariah sedang tertekan, kalau reksadana ini memilih saham blue chip semua dan market berbalik arah, harusnya kinerja reksadana ini ikut berbalik positif," kata Wawan.
Wawan memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa ke level 6.400 di akhir tahun. Namun, menguatnya IHSG belum tentu diikuti dengan naiknya kinerja reksadana syariah. Penyebabnya, penggerak IHSG biasanya datang dari saham perbankan yang bukan bagian dari emiten pilihan berjenis syariah.
Wawan mengatakan harapannya sektor konsumsi secara siklus bisa unggul dan menopang kinerja reksadana saham syariah saat sektor pertambangan sudah berkinerja baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News