Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar modal Indonesia beragam sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga 3 September, tercatat pasar obligasi mampu mengungguli kinerja pasar saham.
No. | Indeks | Kinerja ytd |
1. | Infovesta Corporate Bond Index | 3,65% |
2. | Infovesta Government Bond Index | 3,33% |
3. | Indeks Harga Saham Gabungan | 2,47% |
4. | Infovesta Money Market Fund Index | 2,36% |
5. | Infovesta Sharia Money Market Fud | 2,13% |
6. | Infovesta Sharia Fixed Income Fund Index | 1,84% |
7. | Infovesta Fixed Income Fund Index | 1,74% |
8. | Infovesta Balanced Fund Index | 0,71% |
9. | Indeks Saham Syariah Indonesia | -1,26% |
10. | Infovesta Sharia Balanced Fund Index | -1,40% |
11. | Infovesta Equity Fund Index | -3,52% |
12. | LQ45 | -6,52% |
13. | Infovesta Sharia Equity Fund Index | -7,49% |
14. | Jakarta Islamic Index | -13,75% |
Berdasarkan tabel dari Infovesta Utama di atas, terlihat bahwa kinerja indeks saham secara keseluruhan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berhasil menguat 2,47%. Sedangkan, kinerja saham syariah melalui Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mencatatkan performa negatif sebesar -1,26%.
Baca Juga: STAR AM meluncurkan rksadana terproteksi dengan indikasi imbal hasil 8,1%
Berikutnya, kinerja LQ45 dan Jakarta Islamic Indeks (JII) masih masing-masing turun -6,52% dan -13,75%. Infovesta Utama dalam riset mingguannya yang dirilis Senin (6/9) menyebut, penurunan yang dalam pada kedua indeks tersebut disebabkan karena komposisi yang cukup besar pada sektor barang baku.
“Hal ini tercermin dari kinerja IDX Sektor Barang Baku yang selama 6 bulan terakhir mengalami tekanan mencapai -13,56%. Hal inilah yang pada akhirnya membuat kinerja reksadana saham konvensional sedikit lebih unggul daripada reksadana saham syariah,” tulis Infovesta dalam riset mingguannya.
Di lain sisi, reksadana pendapatan tetap syariah berhasil mencatatkan kinerja sedikit lebih tinggi daripada reksadana pendapatan tetap konvensional. Infovesta Utama menyebut hal tersebut didukung oleh imbal hasil surat utang syariah yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan surat hutang konvensional dengan kualitas kredit dan tenor yang sepadan.
Baca Juga: Reksadana saham mencatatkan kinerja paling apik sepekan terakhir
Selain itu, terdapat beberapa sentimen positif yang mendukung pasar obligasi Indonesia, seperti tren penurunan kasus harian Covid-19 yang diiringi dengan kenaikan tingkat vaksinasi Indonesia, tingkat inflasi per bulan Agustus yang masih stabil serta meredanya isu tapering oleh The Fed.
Sementara selama sepekan ke depan, Infovesta Utama menyebut investor pasar obligasi masih menantikan data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang menjadi salah satu indikator kebijakan ekonomi Amerika yang juga dapat mempengaruhi pergerakan pasar obligasi Indonesia.
Oleh karena itu, Infovesta Utama menyarankan bagi investor yang memiliki jangka waktu investasi pendek hingga menengah, masih bisa mempertahankan posisinya pada reksadana pasar uang dan pendapatan baik konvensional maupun syariah karena kinerjanya yang tidak berbeda jauh.
“Berikutnya, bagi investor dengan jangka waktu investasi panjang dapat memanfaatkan momentum September effect atau tren penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan ini untuk melakukan aksi averaging down atau buy on weakness reksadana saham baik konvensional maupun syariah dengan tetap memperhatikan komposisi alokasi portofolio masing-masing produk reksadana,” tutup Infovesta Utama.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Makin Seksi Berkat Performa Obligasi Korporasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News