kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kinerja pasar obligasi di 2021 diprediksi tetap tumbuh positif


Minggu, 01 November 2020 / 21:07 WIB
Kinerja pasar obligasi di 2021 diprediksi tetap tumbuh positif


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar obligasi di 10 bulan terakhir cukup memuaskan. Mengutip Bloomberg, aset obligasi yang tercermin dalam Indobex Government Total Return memberikan imbal hasil 10% year to date (ytd) hingga Oktober. Di periode yang sama, Indobex Corporate Total Return memberikan imbal hasil 8% ytd. 

Direktur IndoSterling Asset Management Fitzgerald, Stevan Purba, mengatakan, kinerja pasar obligasi saat ini cukup tinggi dan tercermin dari yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang terus menguat hingga menyentuh level di bawah 6,6% atau mendekati level sebelum pandemi menyerang.

Secara historis, Stevan mengamati, riil yield SUN masih di atas rata-rata riil yield 10 tahun terakhir. Begitu juga dengan spread SUN dengan US Treasury yang di atas rata-rata 10 tahun terakhir. Artinya, pasar obligasi masih memiliki ruang untuk melanjutkan kinerja positif di tahun depan. 

Apalagi, tren suku bunga yang rendah juga akan berlanjut di tahun depan. Hal tersebut menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi. Selain itu, riil yield Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya dengan rating investment grade. 

Baca Juga: Tren suku bunga rendah berpeluang bikin kinerja INDON makin moncer

Stevan mengatakan jika rupiah stabil dan pandemi bisa tertangani dengan baik maka pasar obligasi berpotensi kembali tumbuh positif di 2021. Tingginya permintaan di obligasi negara karna tingginya likuiditas sektor perbankan juga mendukung kenaikan harga di aset obligasi.

Sementara itu, Chief Investment Officer Kisi Asset Management, Susanto Chandra, memproyeksikan, di 2021 pasar obligasi masih berpotensi untuk tumbuh, apalagi jika vaksin ditemukan. Sebelumnya, mayoritas negara maju telah menurunkan suku bunga hingga mendekati 0% utnuk memberikan stimulus. 

Apabila, vaksin ditemukan dan dapat didistribusikan secara lancar, maka Bank Indonesia berpeluang menurunkan suku bunga untuk memberikan stimulus ke perekonomian. 

Penemuan vaksin tersebut juga berpeluang meningkatkan investasi investor asing ke Indonesia pasca disahkannya UU Cipta Kerja. 

"Peningkatan investasi yang masuk ke pasar keuangan Indonesia, akan membuat nilai tukar menguat dan dapat memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan," kata Susanto. 

Stevan menyarankan investor bisa berinvestasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap atau obligasi negara dengan durasi pendek hingga menengah. 

Sementara, dalam memilih obligasi korporasi, investor harus lebih berhati-hati. Baiknya pilih obligasi korporasi yang memiliki rating dan fundamental kuat. 

Selain itu, hindari sektor yang terdampak langsung pandemi, seperti pariwisata, multifinance, properti dan konstruksi. 

Selanjutnya: Obligasi korporasi jatuh tempo bulan ini mencapai Rp 3,63 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×