Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja operasional PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diproyeksikan membaik tahun ini. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, produksi dan volume penjualan ANTM akan mulai tumbuh, meskipun belum signifikan.
Hal ini mengingat dari sisi produksi sendiri, saat ini sedang terjadi fenomena La Nina atau cuaca ekstrem lainnya, yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Disinyalir, fenomena ini dapat mengganggu proses produksi emiten pelat merah ini.
“Secara jangka panjang, produksi dan volume penjualan akan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan,” terang Maryoki kepada Kontan.co.id.
Adapun mayoritas volume penjualan ANTM mengalami penurunan sepanjang 2020. Sejumlah komoditas seperti emas, perak, hingga feronikel mengalami penurunan secara volume.
Baca Juga: Harga nikel solid, simak rekomendasi saham Aneka Tambang (ANTM)
ANTM menjual 26.163 ton nikel dalam feronikel (TNi) sepanjang 2020, menurun tipis 0,18% dari tahun sebelumnya yang sebesar 26.212 TNi. Namun, ANTM mencatatkan volume unaudited feronikel sebesar 25.970 TNi yang merupakan capaian produksi tertinggi sepanjang sejarah Perseroan. Realisasi ini naik 0,9% dari capaian produksi feronikel tahun sebelumnya sebesar 25.713 TNi.
Maryoki menilai, ada sejumlah penjualan komoditas ANTM yang berada di atas ekpektasi NH Korindo Sekuritas, seperti misalnya penjualan feronikel yang 17% di atas ekspektasi.
Namun, realisasi penjualan sejumlah produk masih berada di bawah ekspektasi yang dipasang NH Korindo Sekuritas, seperti komoditas perak yang masih 16% di bawah ekspektasi. Sebagai gambaran, ANTM menjual 14.589 Kg perak atau menurun 27,90% dari tahun 2019 yang mencapai 20.235 Kg.
Adapun emas dan nikel masih menjadi dua komoditas yang akan mempengaruhi kinerja ANTM. Emas merupakan kontributor utama bagi pendapatan ANTM. Di sisi lain, saham ANTM lebih sensitif terhadap pemberitaan atau katalis yang berkaitan dengan nikel. Sehingga, dua komoditas tersebut yang akan menjadi katalis bagi ANTM.
Baca Juga: Bergantung demand aluminium, APB3I proyeksikan bisnis bauksit masih sulit di 2021
Namun, dengan adanya pemulihan ekonomi dan jika vaksinasi berjalan dengan lancar, maka akan menjadi tekanan untuk harga emas ke depannya. Tahun ini, harga emas diproyeksi tetap berada di kisaran US$ 1.800 per ounce.
Sementara harga nikel diperkirakan berada pada kisaran US$ 16.000-US$ 17.000 per ton untuk tahun ini. Kenaikan harga nikel tidak akan sesignifikan seperti yang terjadi awal tahun 2021 mengingat kenaikannya yang sudah di luar ekspektasi.
Sentimen untuk nikel datang dari China, yang berencana untuk meningkatkan konsumsi nikel untuk kendaraan listrik dan stainless steel. Pembatasan ekspor bijih nikel yang masih diberlakukan Pemerintah Indonesia juga menjadi katalis positif untuk nikel.
Maryoki merekomendasikan sell untuk ANTM dengan target harga Rp Rp1.480 karena saham ANTM dinilai sudah jauh di atas harga wajarnya.
Selanjutnya: Simak target volume penjualan Aneka Tambang (ANTM) pada tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News