Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Imbal hasil atau return obligasi pemerintah sepanjang 2014 masih belum menggembirakan. Per 12 Februari 2014, Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat kinerja instrumen ini minus 1,38% sejak awal tahun atau year to date (ytd).
Kinerja surat utang pemerintah juga terlihat dari indeks harga surat utang negara (SUN), Jumat (14/2), di 94.09 atau turun 1,43% ytd. Level harga terendah sejak Januari 2011 juga sempat disentuh pada (2/7) di 92,56.
Harga seri acuan (benchmark) FR70 bertenor 10 tahun sebesar 98,79, atau minus 1,25% ytd (2/14). Sedangkan harga FR69 bertenor 5 tahun sebesar 100,17 naik 0,75% ytd.
Direktur Utama IBPA Ignatius Girindroheru mengatakan, kinerja obligasi pemerintah minus lantaran masih dibayangi oleh kondisi ekonomi yang belum menunjukkan perbaikan. Salah satunya, angka inflasi Januari 2014 yang tinggi di level 1,07% dari bulan lalu atau month on month (mom) atau 8,22% selama satu tahun.
Rilis data inflasi diikuti dengan kenaikan yield di pasar SUN domestik. Yield curve performance Indonesia berada di level tertinggi ketimbang negara lain dalam satu kawasan. Yield curve surat utang Indonesia bertenor 10 tahun, misalnya berada di kisaran 8,9% per 12 Februari 2014.
Pada periode yang sama, yield curve surat utang pemerintah Jepang bertenor sama berada di kisaran 0,6%, Korea 3,5% dan Malaysia 4,2%.
Tren credit default swap (CDS) Indonesia juga mengalami kenaikan. Bahkan, CDS bertenor lima tahun sempat menyentuh level tertingginya di kisaran 226,83 sehari setelah rilis inflasi. "CDS Indonesia masih tinggi, namun bukan berarti surat utang Indonesia menjadi tidak menarik," ujar Ignatius, akhir pekan lalu.
Tren kepemilikan asing di pasar surat berharga negara (SBN) juga mengalami penurunan. Keputusan pemangkasan lanjutan atas stimulus moneter Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reserve akhir Januari lalu, menjadi pemicu keluarnya dana asing di emerging market termasuk Indonesia.
Capital outflow berlangsung sejak 23 Januari 2014. Saat itu, dana asing masih sekitar Rp 332,72 triliun dan anjlok di kisaran Rp 328,65 triliun di akhir Januari 2014.
Ignatius mengatakan, tren yield surat utang pemerintah masih akan mengalami kenaikan karena suku bunga acuan atau BI rate berpeluang naik. Jadi Ignatius menduga investor asing masih akan masuk seiring dengan menariknya yield obligasi Indonesia.
Fakhrul Aufa, analis IBPA memperkirakan, yield surat utang pemerintah bertenor pendek bisa naik sekitar 20 -30 basis poin (bps). Asumsi itu mempertimbangkan kemungkinan BI rate naik 50-150 bps pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News