Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten crude palm oil (CPO) pada tahun ini diprediksi masih belum lepas dari tekanan.
Equity Analyst PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty mengatakan, kinerja emiten CPO masih akan tertekan rendahnya permintaan ekspor dan diperparah dengan peraturan European Union Deforestation Free (EUDR).
Arinda menilai, kebijakan EUDR yang ditetapkan Uni Eropa untuk mencegah impor produk pertanian maupun hutan yang terkait dengan deforestasi illegal, mendorong importir dari Uni Eropa hanya memilih produk perkebunan sawit yang sesuai dengan persyaratan EUDR. Sehingga hal ini berpengaruh kepada kinerja emiten CPO.
Selain itu, Arinda mengatakan, produksi CPO juga mulai melemah akibat efek domino El Nino di tahun sebelumnya yang menyebabkan perawatan tanaman kurang maksimal.
Namun, di dalam negeri permintaan CPO sedikit terbantu dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan campuran bahan bakar nabati (BBN) ke dalam bahan bakar minyak (BBM) biodiesel dari 30% menjadi 35% atau B35.
“Kemudian, dalam mengatasi melemahnya produksi CPO, pemerintah juga melakukan usaha peningkatan produktivitas dengan program peremejaan tanaman yang sudah tidak produktif maupun yang sudah tua. Upaya ini disebut peremajaan sawit rakyat (PSR),” kata Arinda saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/1).
Baca Juga: Simak Proyeksi Kinerja Emiten dan Rekomendasi Saham CPO dari Analis Berikut
Selain itu, kata dia, pemerintah juga telah menyalurkan dana Rp 8,5 triliun untuk program PSR tersebut hingga akhir 2023. “Dengan berbagai pertimbangan itu, kami memproyeksikan harga CPO akan melemah terbatas di tahun ini,” ujar Arinda.
Dari sejumlah saham emiten CPO, Arinda merekomendasikan buy saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dengan target harga Rp 1.085 per saham. Lalu, buy saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan target harga Rp 7.850 per saham.
CEO Edvisor Praska Putrantyo juga memperkirakan prospek kinerja emiten-emiten CPO di 2024 masih menghadapi tantangan. Penjualan masih akan melandai melanjutkan tren di 2023, pasca rally harga CPO di tahun 2022 akibat terbatasnya suplai.
“Untuk itu, harga CPO diperkirakan berada di kisaran RM 3.400-RM 4.000 sepanjang 2024 ini,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/1).
Namun, Praska bilang, kinerja emiten COP masih bisa bertumbuh positif di tahun ini jika ada kenaikan impor dari India dan China, serta membaiknya ekonomi China
“Selain itu, masalah iklim yang mengganggu suplai juga bisa menjadi sentimen penopang harga CPO di 2024,” kata Praska.
Praska menyebut sejumlah saham emiten CPO yang bisa dicermati para investor yakni saham PT Teiputa Agro Persada Tbk (TAPG), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), dan PT Dharma Setya Nusantara Tbk (DSNG).
Baca Juga: Ada La Nina di Tahun 2024, Begini Proyeksi Produksi CPO dari Emiten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News