kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja lebih stabil, analis dan MI rekomendasikan reksadana pendapatan tetap syariah


Kamis, 17 September 2020 / 21:53 WIB
Kinerja lebih stabil, analis dan MI rekomendasikan reksadana pendapatan tetap syariah
ILUSTRASI. Ilustrasi investasi reksadana syariah. KONTAN/Muradi/2020/03/10


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap syariah memiliki risiko lebih rendah dan terukur dibanding reksadana konvensional. Analis dan manajer investasi menilai reksadana pendapatan syariah cocok dimiliki bagi investor yang mengejar keamanan dengan imbal hasil kompetitif. 

Pademi Covid-19 masih terus membayangi dan menambah tinggi volatilitas pasar keuangan. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, Ezra Nazula Director & CIO Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia mengatakan reksadana pendapatan tetap syariah yang memiliki aset Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk cocok dimiliki saat ini, karena memiliki volatilitas rendah. 

"Volatilitas sukuk lebih rendah dibanding Surat Utang Negara (SUN) karena sukuk mayoritas dimiliki oleh investor domestik dan tidak banyak di trading-kan," kata Ezra. 

Sementara, SUN banyak dimiliki oleh investor asing. Alhasil, ketika pasar bergejolak dan asing keluar dari pasar obligasi, harga SUN akan terpengaruh turun lebih cepat. 

Baca Juga: Ada pandemi, DPS Manulife Investment Management sarankan dua instrumen syariah ini

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga mengatakan di tengah volatilitas pasar yang tinggi kinerja reksadana pendapatan tetap syariah cenderung lebih baik daripada reksadana pendapatan tetap konvensional. 

"Saat pasar obligasi terkoreksi, reksadana pendapatan tetap konvensional turun dalam karena memegang SUN, sementara reksadana pendapatan tetap syariah harnya terkoreksi tipis, dan ketika pasar kembali mambaik, maka reksadana syariah ini pun bisa lebih cepat pulih," kata Wawan.

Wawan menilai reksadana pendapatan tetap syariah lebih menarik dari yang konvensional juga karena aset sukuk korporasi memiliki risiko kredit yang lebih aman. 

"Sukuk ijarah sudah pasti memiliki jaminan aset jika terjadi gagal bayar," kata Wawan.  

Maklum, pandemi yang menekan ekonomi membuat risiko gagal bayar obligasi korporasi meningkat. Sementara, reksadana pendapatan tetap konvensional yang memegang obligasi korporasi konvensional belum tentu memiliki jaminan aset. 

Selain itu, dari sisi imbal hasil atawa yield, sukuk cenderung memberikan yield yang lebih tinggi dibandingkan SUN. Ezra mencatat rata-rata yield sukuk lebih tinggi 10 bps-30 bps dari SUN. 

Dalam memaksimalkan kinerja, Ezra mengatakan saat ini condong memilih sukuk bertenor pendek sekitar 2 tahun-3 tahun. "Saat pasar masih bergejolak volatilitas tenor pendek lebih stabil," kata Ezra. 

Reksadana Manulife Syariah Sukuk Indonesia menerapkan strategi tersebut. Hingga Selasa (15/9), reksadana tersebut berkinerja di kisaran 6% sejak awal tahun. 

Baca Juga: Eastspring: Bursa global volatile, reksadana offshore berprospek cerah usai pandemi

Ke depan Ezra melihat kondisi pasar obligasi masih akan volatil sehingga strategi pemilihan aset berfokus pada tenor pendek. Namun, bila kondisi sudah mulai membaik dan kembali normal, pemilihan tenor bisa diperpanjang meski tetap dalam rentang tenor pendek. 

Ezra memproyeksikan suku bunga acuan berpotensi turun satu hingga dua kali lagi di tahun ini. Alahsil, harga sukuk masih berpotensi naik. 

Wawan memproyeksikan secara rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap di tahun ini sebesar 7%-8%. 

Selanjutnya: Imbas PSBB Jakarta, Imbal Hasil Reksadana Saham Berpotensi Kian Menciut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×