Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja laba bersih PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) diproyeksikan akan tertekan sepanjang 2023. Penurunan harga batubara global menjadi faktor utama tertekannya kinerja perseroan.
Kepala riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima mengatakan bahwa untuk tahun 2023 kinerja ITMG akan mengalami penurunan. Ini berkaca dari hasil kuartal I 2023 yang mencatatkan penurunan laba bersih, dan beriringan dengan level penjualannya juga sudah turun.
"Harga batubara sudah melandai dan sulit untuk naik lagi ke posisi di 2021-2022 sehingga tren siklus emas batubara sudah selesai di 2022," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/6).
Terlebih, saat ini dirinya tidak melihat adanya katalis untuk jangka pendek dan menengah yang bisa mendongkrak kinerja ITMG.
Baca Juga: Laba Merosot, Sinarmas Sekuritas Revisi Kinerja Indo Tambangraya (ITMG) di 2023
"ITMG juga merupakan salah satu perusahaan batubara yang sedikit melakukan diversifikasi ke sektor lain misalnya metal," tambahnya.
Oleh sebab itu, Raphon memprediksi pendapatan ITMG tahun ini diperkirakan turun 25% secara tahunan (YoY) dari US$ 3,6 juta menjadi US$ 2,7 juta. Sementara laba bersih diperkirakan turun 38% YoY dari US$ 1,3 juta di 2022 menjadi US$ 724 ribu.
"Volume produksi yang cenderung flat akan sulit meng-counter tren penurunan harga batubara," katanya.
Melihat lebih dalam, Equity Research Analyst Aldiracita Sekuritas Indonesia Timothy Gracianov memaparkan, pada kuartal I 2023 kinerja ITMG berada di bawah ekspektasi lantaran rata-rata harga jual (ASP) dan volume penjualan yang lebih rendah.
Pada kuartal I, ITMG mencatatkan volume produksi dan penjualan batubara masing-masing sebesar 3,8 juta ton atau turun 13% kuartalan (QoQ) dan 4,5 juta ton atau melorot 12% QoQ. Hasil tersebut hanya mencapai 19% dan 21% dari estimasi 2023.
Meskipun terjadi penurunan di lokasi tambang sendiri, volume perdagangan batubara pihak ketiga tetap solid dengan tumbuh 3% QoQ atau sebesar 0,8 juta ton. Timothy menuturkan bahwa turunnya produksi perseroan akibat cuaca yang menantang. Meski begitu, kondisi tersebut dinilai akan pulih pada kuartal berikutnya.
Namun, untuk ASP diperkirakan tekanan masih akan berlanjut di kuartal II 2023. Ia menjelaskan, penurunan ASP batubara perusahaan sebesar 23,8% QoQ mengikuti penurunan harga batubara global.
Dengan demikian, marjin laba usaha kuartal I 2023 tertekan sebesar 570 basis poin (bps) menjadi 32,9% karena total biaya rata-rata, termasuk royalti mengalami penurunan yang lebih kecil sebesar 11% QoQ menjadi US$ 72,5/ton dibandingkan dengan harga jual rata-rata batubara.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Produsen Semen Berikut Ini
Oleh sebab itu, Aldiracita memperkirakan pendapatan ITMG tahun ini sebesar US$ 2,58 juta. Sementara laba bersih sebesar US$ 736 ribu.
Dengan kondisi tersebut, Raphon dan Timothy masih menyematkan rating hold saham ITMG. Raphon menjelaskan, rating tersebut merefleksikan berakhirnya era emas 2022 dan pertumbuhan yang datar pada 2024.
"Kami perkirakan rencana akuisisi tambang nikel masih belum memberikan kontribusi yang signifikan pada 2023-2024," katanya.
Surya Fajar Sekuritas pun memasang target harga ITMG pada level Rp 25.500, sementara Aldiracita di 27.000 per saham. Pada penutupan perdagangan Kamis (8/6), saham ITMG ditutup menguat 2,73% ke level Rp 23.525 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News