kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) masih menghadapi tekanan corona tahun ini


Senin, 24 Mei 2021 / 06:49 WIB
Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) masih menghadapi tekanan corona tahun ini
ILUSTRASI. Berat bagi Garuda (GIAA) untuk mencetak laba, tapi masih berpotensi untuk menurunkan kerugian.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) diperkirakan akan kembali rugi pada tahun ini karena pandemi covid-19 yang masih belum tuntas. Hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan GIAA ambles 67,85% menjadi US$ 1,14 miliar, dari sebelumnya US$ 3,54 miliar pada kuartal ketiga 2019.

GIAA pun membukukan rugi bersih US$ 1,07 miliar. Kondisi ini berbalik dari kuartal ketiga tahun sebelumnya yang masih mendulang laba bersih US$ 122,42 juta.

Hingga kini GIAA belum menerbitkan laporan keuangan hingga tutup tahun 2020. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pun enggan banyak berkomentar mengenai kinerja GIAA pada tahun lalu maupun proyeksi untuk tahun ini.

Saat ini, manajemen GIAA sedang fokus untuk menuntaskan program pensiun dini karyawan. "Kami dan tim fokus menyelesaikan soal pensiun dini dulu," kata Irfan kepada Kontan.co.id, Minggu (23/5).

Baca Juga: Ditawari pensiun dini, begini respons serikat karyawan Garuda Indonesia (GIAA)

Dihubungi terpisah, pengamat penerbangan Alvin Lie mengaku tidak heran jika kinerja keuangan GIAA sampai akhir 2020 ada dalam kondisi yang berdarah-darah. Sebab, anjloknya kinerja keuangan juga dirasakan oleh perusahaan penerbangan lainnya, terutama yang mengandalkan rute-rute internasional.

Di tengah pandemi yang masih membayangi, Alvin memprediksi kerugian dalam jumlah besar masih akan terus berlanjut. Bahkan, tanda-tanda perbaikan untuk bisa membalikan kinerja dari rugi menjadi laba belum terlihat hingga tahun 2022. Dalam kondisi ini, efisiensi menjadi kunci.

"Kuncinya adalah survival, bagaimana bisa bertahan hidup. Untuk menutup kerugiannya, masih belum kelihatan bagaimana. Yang paling memungkinkan adalah meminimalkan kerugian pada tahun berjalan. Ini yang sekarang dilakukan oleh Garuda. Efisiensi dimana-mana," terang Alvin.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) tawarkan pensiun dini ke karyawan, ini beban berat GIAA



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×