Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
ERAA membukukan pendapatan Rp 6,6 triliun di kuartal II tahun ini. Angka ini turun 19,9% secara year on year (yoy) dan turun 14,7% secara kuartal per kuartal (QoQ).
Ini membuat pendapatan ERAA di semester I tahun ini sebesar Rp 14,4 triliun. Angka ini mencapai 51% dari estimasi di sepanjang tahun ini.
"ERAA membukukan laba bersih Rp 3 miliar atau turun 94,9% secara yoy dan turun 96,9% QoQ. Angka ini telah mencapai 42% dari perkiraan kami untuk tahun ini," jelas Putu.
Baca Juga: Jakarta terapkan PSBB, ini strategi yang dilakukan Erajaya Swasembada (ERAA)
Pendapatan dan laba bersih berada di bawah ekspektasi NH Korindo Sekuritas karena sebagian besar gerai ritel ditutup sementara sejak awal kuartal II tahun ini. Meski begitu margin laba kotor ERAA meningkaat 110 bps menjadi 8,4% di kuartal II tahun ini.
Putu menyebut, keuntungan ini didapat karena manajemen berupaya mengurangi harga pokok penjualan. Di sisi lain, margin EBIT dan net profit margin turun masing-masing sebesar 110 bps menjadi 1,1% dan 70bps menjadi 0,2%.
Selain itu, Putu melihat, ERAA telah berhasil mengelola barang inventaris yang biasanya menjadi masalah besar bagi emiten ritel lain. Karenanya, NHKorindo masih merekomendasikan buy saham ERAA dengan target harga Rp 2.000 per saham. Harga ini mencerminkan PER 19,3 kali di tahun 2021.
ERAA memiliki risiko atas antusiasme peluncuran produk baru dan melonggarnya regulasi IMEI.
Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) menyerap belanja modal Rp 197 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News