Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi semakin nyata. Sejumlah industri tekstil di Tanah Air satu per satu mulai ambruk.
Dari sekitar 15 emiten tekstil yang tercatat di BEI, hampir semuanya mengalami penurunan penjualan.
Sejumlah faktor jadi pemicunya. Di antaranya, nilai rupiah yang makin melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai, lesunya permintaan menurunkan penjualan emiten.
"Ini terutama dialami emiten yang mayoritas penjualannya ke pasar ekspor," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Senin (7/11).
Baca Juga: Kinerja Emiten Tekstil Akan Terhadang Pelemahan Rupiah
Nico mencontohkan penjualan PT Pan Brothers Tbk (PBRX). Per September 2022, PBRX mengantongi penjualan US$ 501,96 juta atau turun 1,15% secara tahunan.
Alhasil, pada kuartal III-2022, laba bersih PBRX turun jadi US$ 12 juta atau setara Rp 202 miliar dibandingkan periode serupa di 2021 sebesar US$ 19 juta.
Kinerja emiten tekstil dengan pendapatan berbasis rupiah juga anjlok.
Hal ini dirasakan PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX).
Pada kuartal III-2022, pendapatan HDTX hanya sebesar Rp 5,90 miliar, turun 34,12% dari Rp 8,95 miliar di kuartal III-2021.
Toh, tak semua rapor kinerja emiten tekstil merah. Contoh PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI).
Baca Juga: Cuan dari Penampung Kotoran Ternyata Menggiurkan
Di sembilan bulan ini, penjualan ESTI masih tumbuh 4,37% secara tahunan menjadi US$ 22,67 juta.
Kenaikan penjualan juga diraup PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR). Sampai September 2022, penjualan INDR US$ 756,50 juta, naik 18,44% secara tahunan.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia berpendapat, kesulitan sektor tekstil datang dari ketergantungan transaksi menggunakan dolar AS.
"Sulit buat para emiten tekstil mengurangi ketergantungannya pada dolar AS," ungkap Liza.
Maka ketika dolar AS menguat, pendapatan emiten tekstil ikut tertekan.
Pasalnya, bahan baku impor tekstil menggunakan kurs dollar AS. Di sisi lain, permintaan pasar yang diharapkan bisa mengimbangi beban, justru lesu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News